KILASJATIM.COM, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengguncang pasar global dengan mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap produk-produk asal Tiongkok. Dalam pernyataan resmi pada Selasa (15/4/2025) waktu setempat, Trump menetapkan bea masuk sebesar 245 persen untuk barang-barang dari Negeri Tirai Bambu.
Langkah ini merupakan respons langsung atas kebijakan balasan Tiongkok yang lebih dahulu memberlakukan tarif impor sebesar 125 persen terhadap produk-produk asal AS. Tidak hanya itu, Beijing juga menyatakan penghentian impor pesawat Boeing dari Amerika Serikat.
Keputusan ini langsung mengundang perhatian para pelaku pasar. Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan kebijakan tersebut akan berdampak signifikan terhadap perdagangan saham global, terutama di bursa Wall Street.
“Kemungkinan besar indeks saham di bursa AS akan terkoreksi, bahkan bursa di kawasan Eropa juga diperkirakan mengalami penurunan tajam,” ujar Ibrahim pada Rabu (16/4/2025).
Efek dari kebijakan ini diprediksi turut dirasakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan akan mengalami tekanan hebat saat perdagangan Kamis (17/4/2025).
“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi anjlok dan bukan tidak mungkin perdagangan dihentikan sementara apabila tekanan jual terlalu besar,” tambahnya.
Ibrahim menjelaskan bahwa tarif impor sebesar itu hampir pasti mengguncang pasar modal dan pasar uang secara bersamaan. “Ini merupakan kejadian luar biasa yang akan membuat investor semakin waspada dalam mengambil keputusan investasi,” katanya.
Selain itu, ia juga memperingatkan potensi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Jika tidak ada intervensi dari Bank Indonesia, rupiah bisa menembus level Rp17.000 per dolar AS,” ungkapnya.
Situasi ini menambah ketegangan dalam hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, sekaligus menciptakan ketidakpastian baru bagi pasar keuangan global.(den)