KILASJATIM.COM, Surabaya – Sejumlah momen diperingati pada tanggal 10 Juni 2024. Salah satunya adalah Hari Bakcang 2024. Hari Bakcang merupakan salah satu peringatan istimewa bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tradisi tersebut diperingati setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Lunar yang tahun ini bertepatan pada tanggal 10 Juni 2024.
Seperti apa sejarah dan tradisi Hari Bakcang? Simak informasinya berikut ini!
Sejarah Hari Bakcang
Hari Bakcang juga disebut sebagai Peh Cun. Secara etimologis, Peh Cun berasal dari dua kata, yaitu Peh yang berarti mendayung atau dayung, dan Cun yang berarti perahu. Jadi, secara harfiah, Peh Cun berarti aktivitas mendayung perahu.
Sejarah tradisi Peh Cun mengacu pada legenda seorang pejabat pada masa Dinasti Couw (340 SM-278 SM) yang bernama Qu Yuan. Qu Yuan adalah seorang menteri yang jujur dan setia di era Warring States Period.
Ia bercita-cita untuk menyatukan Negara Chu dan Qi bersekutu untuk melawan Negara Qin. Namun Qu Yuan difitnah oleh pejabat menteri lainnya dan diusir. Selama masa pengasingannya, Qu Yuan menulis puisi dan berkelana ke desa-desa.
Kesedihan karena pengasingan membuat Qu Yuan semakin menderita. Hingga pada suatu hari, Qu Yuan menenggelamkan dirinya sendiri dengan sebongkah batu besar ke Sungai Miluo.
Para nelayan berusaha mencari jenazah Qu Yuan dari atas perahu naga karena kepercayaan bahwa sang naga akan membantu menemukannya. Para nelayan juga melemparkan bakcang ke sungai agar tubuh Qu Yuan tidak dimakan oleh hewan dan dianggap untuk membuang sial.
Untuk menghormati patriotisme Qu Yuan, masyarakat Tionghoa menjadikan peristiwa ini sebagai tradisi Peh Cun. Hari saat Qu Yuan menenggelamkan dirinya ke sungai terjadi pada tanggal lima bulan lima kalender Imlek, sehingga Peh Cun dianggap sebagai hari kejujuran dan kesetiaan.
Makna Bakcang
Meskipun sejarah tradisi ini lebih sering disebut sebagai Peh Cun, namun baik Peh Cun maupun Hari Bakcang memiliki tujuan yang sama, yaitu menghormati tokoh patriot Qu Yuan. Penggunaan nama Hari Bakcang sendiri merujuk pada hidangan tradisional saat Peh Cun yang juga dilemparkan ke sungai pada perayaan Hari Bakcang.
Bakcang terbuat dari beras ketan yang diisi dengan daging, kacang, dan bahan lainnya, lalu dibungkus dalam daun bambu kemudian diikat dengan tali. Bakcang memiliki arti dan harapan baik yang disimbolkan melalui empat sudutnya.
Sudut pertama mengharapkan cinta dan persatuan, sudut kedua berdoa agar keluarga selalu damai dan sejahtera, sudut ketiga mengandung harapan akan rezeki yang lancar, dan sudut keempat berarti harapan kesuksesan dalam usaha dan karir.
Tradisi Hari Bakcang
Pada perayaan Hari Bakcang, terdapat beberapa tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, di antaranya:
Makan Bakcang
Tradisi yang erat kaitannya dengan Hari Bakcang adalah memakan bakcang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bakcang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tionghoa. Sehingga bakcang menjadi hidangan pada perayaan Hari Bakcang.
Ritual Toan Yang
Ritual Toan Yang dilaksanakan di Klenteng Boen Tek Bio dan di rumah keluarga melibatkan berbagai macam persembahan, terutama buah-buahan. Selain itu, ritual ini juga melibatkan penggantian baju atau selimut Empeh Pe Cun.
Empeh Pe Cun merupakan perahu naga yang dianggap keramat oleh masyarakat Cina setempat. Selimut Empeh Pe Cun ini berupa kain panjang berwarna warni.
Mendirikan Telur di Waktu Tiong-Ngo
Tepat pada tengah hari (pukul 12.00) di Hari Bakcang, dipercaya bahwa telur dapat berdiri tegak dengan salah satu sisinya yang meruncing. Hal ini diyakini terjadi karena adanya kekuatan tarik-menarik antara matahari dan bumi yang mampu menjaga telur tetap berdiri tegak.
Menjemur Koleksi Kain dan Buku
Tradisi lainnya pada Hari Bakcang adalah menjemur koleksi baju-baju, kain, dan buku-buku tua. Menjemur kain dan buku pada hari tersebut dianggap sebagai cara untuk mengurangi kelembaban dan kondisi yang disukai oleh ngengat atau rayap untuk hidup dan berkembang biak.
Menggantung Dedaunan
Pada Hari Bakcang, masyarakat Tionghoa akan menggantung daun-daunan seperti sudamala, deringo, padi muda, beringin, dan sebuah kue cang kecil yang diikat dengan benang merah di kusen pintu utama rumah.
Dedaunan tersebut diyakini bisa mengusir binatang berbisa dan makhluk halus yang bisa mengganggu ketenangan manusia.
Mandi Tengah Hari
Dari Pukul 11.00-13.00 orang Tionghoa akan merayakan Hari Bakcang dengan mandi air hangat yang dibubuhi bunga lam hoa yang diyakini bisa mengusir penyakit.
Sementara waktu tengah hari pada Hari Bakcang diyakini sebagai saat yang sangat baik untuk memetik tanaman untuk obat-obatan. Menurut para ahli obat Tionghoa bahwa pada saat itu, hawa bumi dan langit bersatu, sehingga segala tanaman dan air yang terkena hawa tersebut.
Lomba Perahu Naga
Tradisi lomba mendayung perahu naga menjadi bagian penting dari perayaan Hari Bakcang atau Peh Cun. Lomba perahu terdiri dari tiga tahap: persiapan, pelaksanaan, dan perayaan kemenangan.
Kemeriahan selama perayaan Hari Bakcang dimaknai sebagai penghormatan terhadap Qu Yuan. Selain itu, tradisi ini juga menjadi cara untuk menjaga tradisi yang masih berlanjut hingga sekarang. (bbs/yun)