Prof Dr Anwar Kurniadi Alumni Unusa Berpangkat Kolonel Raih Dua Doktor

oleh -173 Dilihat

KILASJATIM.COM, SURABAYA – Adalah Kolonel Laut (K) Profesor Dr. Anwar Kurniadi, S.Kep., M.Kep., alumni Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang juga merupakan sosok akademisi dan praktisi keperawatan yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam dunia pendidikan maupun praktik keperawatan di Indonesia. Unusa patut berbangga, lantaran beliau kini menyandang dua gelar doktor dan berpangkat Kolonel. Sebagai doktor bidang manajemen bencana sekaligus juga doktor manajemen keperawatan dari dua perguruan tinggi berbeda.

Lulusan D3 Akademi Keperawatan (Akper) Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) atau yang saat ini lebih dikenal dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) tahun 1990, mulai meniti karir di dunia keperawatan, dengan bekerja di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSPAL) dr. Ramelan Surabaya selama 8 bulan. Kinerjanya yang baik menarik perhatian atasannya, sehingga disarankan untuk lanjut menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau Tentara Nasional Indonesia (TNI) AL. Kala itu Prof Anwar disarankan seniornya yang juga lulusan Akper Yarsis untuk lanjut pendidikan militer. “Mbak Nani (senior Prof. Anwar) juga KOAL (Korps Wanita Angkatan Laut) jadi bilangnya lebih enak di AL, paling nanti digembleng sebentar,” terang Prof Anwar.

Mendengarkan saran seniornya, Prof Anwar memutuskan untuk lanjut tes masuk TNI AL. Perajalanannya juga tidak mudah, sempat gagal namun berhasil pada kesempatan kedua. Ketangkasan dan ketekunannnya dalam mempelajari ilmu yang dia geluti, cukup mempermudahnya dalam tes masuk TNI AL di Jakarta. “Karena tesnya seputar ilmu yang dipelajari dan diberi tahu senior, jadi tes itu rasanya lebih mudah,” ujarnya.

Ayah dari tiga anak ini mendapatkan pangkat pertamanya sebagai Letnan Dua (Letda), dengan menempuh pendidikan di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Setelah pelantikan pada 1993, dirinya bertugas di Ambon. Tidak lama dipindahtugaskan di Maluku Tenggara sebagai satuan tugas (satgas) selama 3,5 tahun. “Setelah itu ke Jakarta ambil S1 di Keperawtan Universitas Indonesia,” jelasnya.

Baca Juga :  Masa Pandemi, Sekolah Muhammadiyah Gresik Tetap Berlakukan Pembelajaran Daring

Di Jakarta dirinya juga ditugaskan untuk mengajar di Sekolah Kesehatan Angkatan Laut (Sekesal). Dengan ketentuan mengambil program pendidikan Perwira Kursus Mengajar di Surabaya. Tak lama, sekitar tahun 1997-1998 pria kelahiran Mojokerto ini dikirim ke Timor Timur sebagai satgas. Kemudian kembali ke Jakarta, dan melanjutkan pendidikan S2 di UI. “Alhamdulillah lulus cumlaude, tahun 2000,” kata Prof Anwar.

Ibarat kata, ilmu pengetahuan sudah seperti belahan jiwa bagi Prof Anwar. Sesaat setelah ditugaskan di RSAL Mintohardjo Jakarta, pria 57 tahun itu disarankan untuk lanjut S3. Dirinya memutuskan untuk kembali memilih UI, namun sebanyak 3 kali dirinya gagal dipersaingan jatah beasiswa. Sempat menyerah karena lelah, dia diberi semangat komandannya dan mengambil S3 Manajemen Bencana di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Disaat yang bersamaan, ternyata dia juga lolos beasiswa S3 Manajemen Keperawatan di UI. “Ya sudah saya Jalani itu keduanya, jadi otak ini rasanya membara karena tidak berhenti berpikir,” tuturnya.

Sekitar tahun 2006 Prof Anwar sudah lulus doktoral dari UI maupun UNJ. Bahkan ditawarkan untuk kembali mengambil S3 di Australia oleh atasannya. Namun dirinya menolak, karena merasa lelah dan sudah cukup. Di samping mengejar pendidikan akademik, dirinya juga mengejar jenjang karirnya di militer, dengan turut pendidikan kenaikan pangkat di TNI AL.

Saat ini dirinya menjabat sebagai Kepala Departemen Keperawatan dan Komite Keperawatan d TNI AL, serta mengajar sebagai dosen manajemen bencana di Universitas Pertahanan Republik Indonesia (UNHAN). Tak hanya itu dirinya juga menjadi dosen keperawatan Universitas Indonesia Maju, bahkan sempat menjadi Kepala Prodi Keperawatan di Universitas Nasional. Meskipun gelar pendidikan bahkan jabatannya yang sudah tinggi, hal itu tidak membuat Prof Anwar menjadi sosok yang angkuh. Namun tetap rendah hati dan sangat senang berbagi ilmu. Baginya ilmu pengetahuan yang dia dapat akan menjadi sia-sia jika tidak dibagikan.(tok)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News