Mark Zuckerberg Minta Maaf pada para Orangtua yang Anaknya jadi Korban Medsos

oleh -342 Dilihat
Meta CEO Mark Zuckerberg listens during a Senate Judiciary Committee hearing with other social media platform heads on Capitol Hill in Washington, Wednesday, Jan. 31, 2024, to discuss child safety online. (AP Photo/Susan Walsh)

KILASJATIM.COM, Surabaya – CEO Meta, Mark Zuckerberg meminta maaf kepada para orang tua yang anaknya menjadi korban media sosial (medsos) dalam sidang Komite Kehakiman Senat Amerika Serikat (AS) mengenai eksploitasi anak secara online di medsos pada pekan ini.

“Saya meminta maaf atas semua penderitaan yang telah Anda alami. Tidak ada yang boleh mengalami apa yang Anda dan keluarga Anda alami,” kata Zuckerberg.

Zuckerberg telah memiliki sejarah panjang permintaan maaf kepada publik. Permintaan maaf sering kali dikeluarkan setelah krisis atau ketika pengguna Facebook menentang perubahan yang tidak diumumkan. Ini berbeda dengan banyak rekannya di industri teknologi yang umumnya memilih untuk tidak berbicara di depan umum.

Tidak peduli apakah masyarakat selalu percaya permintaan maafnya atau tidak, tidak ada keraguan bahwa Zuckerberg menganggap penting untuk menyampaikan permintaan maaf tersebut secara langsung.

Dilansir dari AP News, Jumat (2/2/2024), berikut adalah ringkasan singkat tentang beberapa permintaan maaf terkenal Zuckerberg dan keadaan yang menyebabkan permintaan maaf tersebut.

Layanan Beacon

Ledakan privasi besar pertama yang melibatkan Facebook terjadi pada 2007 yang melibatkan layanan Beacon. Layanan ini bertujuan untuk membawa era periklanan sosial baru dengan melacak pembelian dan aktivitas pengguna di situs lain, kemudian mempublikasikannya di newsfeeds teman-temannya tanpa izin. Setelah mendapat reaksi keras, Zuckerberg menulis permintaan maaf dalam sebuah blog.

“Kami telah membuat banyak kesalahan dalam membangun fitur ini, tetapi kami telah membuat lebih banyak kesalahan lagi dalam menanganinya,” tulis Zuckerberg. Beacon akhirnya ditutup.

Perubahan kebijakan privasi

Pada 9 November 2011, Federal Trade Commission (FTC) memberlakukan pengawasan privasi yang lebih ketat pada Facebook setelah menemukan bahwa perusahaan tersebut secara sewenang-wenang memublikasikan informasi pribadi tanpa pemberitahuan, gagal membatasi berbagi data dengan aplikasi ketika pengguna mengaktifkan pengaturan pembatasan, membagikan informasi pribadi dengan pengiklan setelah mengatakan itu tidak akan terjadi, dan banyak lagi.

Baca Juga :  Survei: E-commerce dan E-wallet Paling Dipercaya untuk Bayar Pajak

Pada hari yang sama, Zuckerberg mem-posting esai sepanjang 1.418 kata berjudul “Komitmen Kami terhadap Komunitas Facebook”, yang tidak menyebutkan tindakan FTC hingga sepertiga dari esai tersebut, dan menggambarkan kesalahan seperti Beacon sebagai “sekumpulan kesalahan”.

Tur bencana VR

Minat Zuckerberg terhadap virtual reality (VR) telah ada sebelum keputusannya mengubah nama perusahaan Facebook menjadi Meta Platforms. Pada 9 Oktober 2017, dia dan seorang karyawan Facebook melakukan tur VR langsung di Puerto Riko segera setelah bencana Badai Maria. Aksi ini membuar Zuckerberg banyak dikecam di tengah penderitaan yang dialami warga Puerto Rico. Zuckerberg sekali lagi meminta maaf.

Skandal Cambridge Analytica

Pada 2018, terungkap bahwa Facebook telah mengizinkan aplikasi untuk mengambil sejumlah besar data dari akun pengguna dan teman-teman mereka tanpa pengawasan. Data tersebut dilaporkan digunakan untuk menargetkan pemilih selama kampanye presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016 yang menghasilkan terpilihnya Donald Trump.

Zuckerberg kemudian meminta maaf melalui media dan mengatakan bahwa Facebook memiliki tanggung jawab untuk melindungi data penggunanya. Jika gagal, Zuckerberg mengatakan Facebook tidak pantas mendapatkan kesempatan untuk melayani masyarakat. (bbs/nic)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.