KILASJATIM.COM, SURABAYA – Tentang kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump soal tarif impor pada sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen, ditanggapi Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (Ubaya), Cynthia Yohanna Kartikasari, M.SE., Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (Ubaya) bahwa ketidakpastian tarif impor AS Indonesia ini, justru Indonesia perlu memperluas tujuan ekspor ke berbagai negara sebagai solusi jika tarif timbal balik impor dari AS tetap sebesar 32 persen.
“Proporsi barang Indonesia ke Amerika itu berkisar 10% persen. Artinya, kita masih punya 90 persen peluang pasar lainnya. Kita masih bisa kerjakan secara optimal. Kalau kata Menkeu Sri Mulyani, second opinion. Misalnya dengan Cina atau negara di ASEAN lainnya,” terang Cynthia.
Cynthia menambahkan, situasi ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan peluang bahan ekspor. Salah satunya adalah kopi dan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Menurutnya, kualitas biji kopi Indonesia sudah siap bersaing di kancah internasional. “Penopang utama ekspor kita memang masih di sawit. Namun kita bisa perkuat ekspor kita di bidang lain. Misalkan kopi yang semua orang sudah tahu kopi kita kualitasnya bagus di internasional, produk organik yang saat ini permintaannya tinggi di negara Eropa dan Jepang,” tambah Cynthia.
Dengan begitu, ia tetap optimis dengan kondisi ini, termasuk peluang menggantikan posisi Cina sebagai rantai pasok untuk ekspor ke Amerika Serikat. “Misalnya, kita ambil raw material yang AS butuhkan dari Cina. Kita bisa impor komponen tersebut dan merakitnya di Indonesia dengan penyesuaian Made in China menjadi Made in Indonesia. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi pengusaha dengan menggantikan China dalam memenuhi kebutuhan AS dengan memanfaatkan perbedaan tarif di Indonesia yang lebih murah,” tegasnya.
Selain langkah strategis memperkuat ekspor, Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Ubaya itu juga mengajak masyarakat untuk tetap optimis dan mendorong aktivitas konsumsi dalam negeri berupa konsumsi barang-barang lokal. “Hal paling sederhana adalah konsumsi. Kalau kita berbelanja, uang akan berputar di dalam negeri, otomatis roda perekonomian akan bertumbuh dan berjalan. Kita usahakan konsumsi domestik supaya pasar kita tidak sepi, terutama baiknya produk-produk lokal. Bisa juga diversifikasi produk seperti saat Covid-19 kemarin,” pungkas Cynthia.(tok)