KILASJATIM.COM, Surabaya – Potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut Indonesia ramai diperbincangkan usai terjadi gempa Megathrust Nankai Jepang. Menanggapi hal itu, Pemkot Surabaya melakukan mitigasi dan sosialisasi gempa megathrust.
BMKG pun menekankan, informasi potensi gempa megathrust yang sedang ramai berkembang bukanlah prediksi atau peringatan dini. Melainkan mitigasi yang diupayakan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, BPBD sejak beberapa tahun lalu telah melakukan mitigasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Tepatnya, sejak ada sesar yang melintas di Kota Surabaya.
“Sejak ada sesar sudah dilakukan mitigasi. BPBD sejak dulu dan saat ini terus melakukan sosialisasi terhadap hasil mitigasi sesar dan gempa yang ada,” kata Eri, Minggu (18/8/2024).
Eri menjelaskan, BPBD Surabaya hingga kini terus melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait mitigasi gempa. Seperti penanganan ketika gempa hingga cara menghadapi gempa pertama kali.
“Itu yang dilakukan sosialisasi, juga melibatkan banyak pihak yang lebih mengetahui terkait gempa, yang kemungkinan akan lewat Surabaya di titik mana yang terparah. Semoga nggak lewat Surabaya,” jelasnya.
Edukasi kebencanaan rutin dilakukan melalui simulasi bencana. Kegiatan ini biasanya dilakukan di lingkungan pendidikan, kesehatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen, rusun, dan perkampungan masyarakat.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Yanu Mardianto mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya mengantisipasi dan menanggulangi bencana. Salah satunya dengan dibentuk Kelurahan Tangguh Bencana.
“Kami sudah melakukan sosialisasi dan simulasi di 153 kelurahan terkait Kelurahan Tangguh Bencana. Artinya dalam setiap kelurahan sudah ada yang kami latih terkait edukasi kebencanaan, khususnya gempa bumi,” kata Yanu.
Yanu menjelaskan, ketika terjadi bencana, edukasi yang diberikan ialah bagaimana sikap dan tindakan yang harus dilakukan. Sebab, maksimal gempa akan berlangsung selama 10 detik.
Warga yang ada di dalam ruangan maupun bangunan tinggi diminta tetap tenang, sambil melakukan langkah-langkah keselamatan diri. Seperti berlindung di bawah meja atau pergi ke sudut bangunan dengan tetap menutup kepala.
“Diharapkan tetap tenang dan waspada. Masyarakat bisa mengikuti perkembangan informasi yang disampaikan BMKG dan Command Center 112, sehingga tidak ada informasi hoaks yang beredar di masyarakat untuk menghindari kegaduhan,” jelasnya.
Ketika terdapat suara sirine atau tanda darurat di dalam bangunan, diminta untuk tidak mengabaikan. Baik di lingkungan pendidikan, kesehatan, perkantoran, pusat belanja, hingga bangunan tinggi.
Anak-anak di sekolah juga dibekali simulasi apa saja yang dilakukan ketika ada bencana hingga saat evakuasi. Di sekolah, BPBD menyarankan untuk membunyikan lonceng atau bel, dan announcement di ruang guru menginstruksikan agar mereka berlindung dan mengevakuasi diri saat ada bencana.
Sedangkan di lingkungan masyarakat, BPBD Surabaya telah melatih perwakilan warga di setiap kelurahan. Nantinya, mereka akan menjadi pionir yang dapat menyampaikan ilmu tanggap darurat kebencanaan kepada warga lain. (bbs/bkj)