TAMENG: Living Lab Pertanian Berkelanjutan Pertama di Kabupaten Malang

oleh -494 Dilihat
Istimewa

KILASJATIM.COM, Malang: Tawangargo Smart-Eco Farming Village atau TAMENG, berhasil menjadi pionir dalam pengembangan Living Lab pertanian berkelanjutan di Kabupaten Malang. Inisiatif ini merupakan hasil kolaborasi antara petani binaan Petrokimia Gresik (PG) dan masyarakat setempat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim melalui penerapan inovasi pertanian hortikultura berkelanjutan.

Program TAMENG yang dimulai pada tahun 2022 melibatkan 35 petani dari kelompok Agronova Vision. Sejak awal, program ini didukung oleh PG dengan fokus pada penerapan konsep climate-smart agriculture yang tidak hanya menjaga keberlanjutan produksi pertanian hortikultura, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.

“Living Lab ini digerakkan langsung oleh masyarakat. Kami sebagai petani tidak hanya menjadi objek, melainkan turut menjadi subjek yang melakukan penelitian dan uji coba nyata untuk pertanian berkelanjutan,” ujar Karmukit, salah satu local hero program TAMENG, Kamis, 9/10/2025.

Sebagai Living Lab, TAMENG kini menjadi ruang kolaborasi antara petani, peneliti, mahasiswa, dan komunitas untuk bersama-sama menciptakan solusi pertanian inovatif. Melalui forum ini, berbagai ide diuji secara langsung, teknologi sederhana diterapkan, dan inovasi baru lahir dari kerja sama lintas sektor.

“Banyak transformasi telah kami lakukan. Alhamdulillah, TAMENG kini berkembang menjadi pusat riset berbasis komunitas, dari yang awalnya hanya desa hortikultura biasa. Pertanian dan peternakan kini terintegrasi dengan wisata edukasi pertanian. TAMENG membuktikan bahwa desa dapat menjadi pusat inovasi,” tambahnya.

Seiring perkembangannya, TAMENG terus berinovasi dengan penerapan teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (solar cell) untuk mengoperasikan alat dan mesin pertanian (alsintan), termasuk pompa air dan sistem irigasi tetes. Program ini juga dilengkapi dengan rumah pengolahan limbah sebagai upaya mendukung sistem pertanian sirkular.

Baca Juga :  PAE 2025: PG Gaet Generasi Muda dan Dorong Pertanian Inovatif

Limbah organik hasil panen diolah menjadi plant booster (POC), agensia hayati, serta pakan ternak, sementara limbah sayur yang masih layak konsumsi diolah oleh kelompok istri petani menjadi berbagai produk olahan seperti mie sayur, keripik sayur, dan dodol sayur. Limbah anorganik dikelola oleh Bank Sampah dan dijual kepada pengepul, sedangkan limbah B3 dipisahkan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk memperluas sumber pendapatan, kelompok petani TAMENG juga mengembangkan budidaya domba, ikan, azolla, serta cacing, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan ternak. Selain itu, kawasan agrowisata TAMENG dikembangkan sebagai sarana edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat, dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan hortikultura dan panen buah serta sayuran segar langsung dari kebun.

Program TAMENG telah terpilih oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia sebagai bagian dari Program Closed Loop, yakni model kolaborasi multi-pihak yang melibatkan BUMDes Sumber Rejeki dalam pengelolaan kios produk pertanian guna meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

“Living Lab ini menjadikan TAMENG sebagai ekosistem pertanian hortikultura dari hulu hingga hilir yang mampu meningkatkan kemandirian petani serta mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional,” jelas Karmukit.

Karmukit juga menyampaikan apresiasi atas pendampingan berkelanjutan yang diberikan oleh PG sejak awal pelaksanaan program.

“Berkat dukungan PG, TAMENG tidak hanya menjadi solusi bagi pertanian hortikultura yang terdampak perubahan iklim, tetapi juga berperan penting dalam mendorong kemajuan pertanian nasional,” pungkasnya.(den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.