Siasat Boneka-boneka Malang: Dalam Tragedi 65

oleh -1328 Dilihat

Oleh: Sekar Noshafitria Harumi
Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Siasat Boneka-boneka Malang, sebuah pentas produksi yang akan digelar oleh Teater Hampa Indonesia (THI) pada, 14-15 Desember 2024 di Universitas Negeri Malang (UM). Pementasan ini mengisahkan penderitaan korban Tragedi 65, dari sudut pandang boneka sebagai saksi bisu.

“Ini sebagai pengingat, tidak semua yang kita lihat di buku dan media itu sesuai dengan kenyataan. Kita sebenarnya dibungkam, tidak membenarkan juga apa yang dilakukan PKI itu baik, kita harus lebih melek dan membaca saja,” kata Adam sebagai pemeran tokoh boneka bernama Amir.

Tokoh-tokoh boneka, digambarkan selalu membicarakan kesenjangan dari tuannya yang terimbas Tragedi 65. Kesenjangan, diangkat sebagai tema pementasan.

Sebelum pentas produksi, Siasat Boneka-boneka Malang telah lolos kurasi sebelas besar pada Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) 2024 yang diselenggarakan oleh Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film, Universitas Padjajaran.

Pertunjukan ini berhasil mengantar THI meraih juara, sebagai nominasi penyaji terbaik dalam final Festamasio 2024. Tidak hanya itu, THI akan menjadi tuan rumah Festamasio ke-12 pada tahun 2026.

Dalam Festamasio 2024, mengangkat tema kesenjangan. Dan Siasat Boneka-boneka Malang secara detail memasukkan tema tersebut dalam pementasannya. Mulai dari pemaknaan hingga perwujudan dalam dialog tokoh-tokohnya.

“Bentuk kesenjangan tidak selalu membicarakan hal-hal besar, bahkan hal-hal kecil pun bisa menjadi kesenjangan. Rasa kasih sayang pun juga ada kesenjangannya. Bisa dikatakan kesenjangan, bisa juga dikatakan keadilan, karena adil itu bentuknya tidak harus sama rata,” tutur Irfan sebagai sutradara dan penulis naskah.

Irfan mencontohkan, salah satu dialog yang memuat unsur kesenjangan, “Kau tetap lebih beruntung dariku, Mar, tak seperti aku yang hanya pemberian orang.”

Baca Juga :  Layak Ditonton! How to Make Millions Before Grandma Dies, Ringan Penuh Pesan Moral

Representasi kesenjangan dari sudut pandang saksi bisu Tragedi 65 menimbulkan tantangan tersendiri, tidak hanya bagi aktor, tapi juga seluruh tim yang sudah memulai produksi sejak Juni 2024.

Adapun kesulitan yang dialami selama proses produksi adalah latar pementasan. Meliputi tahun kejadian 1960-1970. Dimana mereka kesulitan mencari referensi kejadian masa itu.

“Background cerita kami masa penyerangan PKI. Saya di sini sebagai aktor pemeran karakter yang merupakan bagian dari ‘partai’ itu, tapi saya tidak tahu menahu tentang peristiwa tersebut. Kesulitannya menyampaikan ekspresi, karena karakter saya di sini kompleks,” tutur Adam sebagai aktor.

Tidak hanya aktor, Darma sebagai pemusik menyebutkan kesulitan lainnya, seperti memasukkan musik yang sesuai dengan tahun tersebut.

“Kendala dalam musik adalah mencari suasana dalam cerita ini, karena yang diangkat itu tahun 60-70 an. Proses ini cukup melelahkan, karena kami juga membagi waktu untuk kuliah.”

Beragam tantangan dalam pentas produksi ini, membuat seluruh tim tetap semangat dan bekerja maksimal. Selaras dengan harapan, Aura sebagai pimpinan produksi.

“Semoga pentas produksi dan lomba ini lancar. Bisa diterima semua pihak, ” harapnya.

Pementasan Siasat Boneka-boneka Malang mengisi dua program kerja THI sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UM, yaitu program kerja pentas produksi akhir tahun dan kurasi Festamasio. Info lebih lanjut mengenai pementasan ini bisa dilihat di akun instagram @teaterhampaindonesia. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News