KILASJATIM.COM, Lamongan – PT Syngenta Indonesia menggemparkan dunia pertanian dengan peluncuran perdana dan mulai memasarkan NK Pendekar Sakti, jagung bioteknologi pertama di Indonesia yang menawarkan keunggulan ganda. Varian ini telah lama dinantikan oleh para petani, karena tidak hanya toleran terhadap Herbisida Glifosat, tetapi juga tahan terhadap Ulat Penggerek Batang (Asian Corn Borer/Ostrinia furnacalis), Selasa (27/2/2024).
Keunggulan ganda yang dimiliki varietas ini memberikan tiga manfaat utama bagi para petani. Pertama, kemudahan dalam merawat tanaman dari Gulma dan Serangan Hama Penggerek Batang. Kedua, efisiensi biaya usaha tani karena penggunaan pestisida yang lebih sedikit dan pengurangan biaya tenaga kerja. Ketiga, peningkatan hasil karena kerugian hasil akibat persaingan nutrisi antara gulma dan jagung serta kerusakan serta penurunan hasil panen akibat serangan hama penggerek batang dapat dihindari secara bersamaan.
Grand launching ini diselenggarakan di Kabupaten Lamongan, yang dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Bupati Lamongan Dr. H. Yuhronur Efendi, MBA beserta jajaran MUSPIKA, jajaran Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Pusat Perlindungan Varietas dan Perizinan Pertanian, Tim Teknis Keamanan Hayati Bidang Lingkungan, serta perwakilan dari berbagai organisasi petani.
Komentar dari Presiden Direktur Syngenta Indonesia, Kazim Hasnain, saat acara tersebut menggarisbawahi komitmen perusahaan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mencapai kemandirian pangan, kesejahteraan pedesaan, dan efisiensi tenaga kerja di sektor pertanian. “Kami senang dapat berperan dengan memperkenalkan benih jagung bioteknologi yang inovatif ini,” katanya.
Selain peluncuran di Lamongan, pada tanggal 29 Februari 2024, Syngenta juga akan menggelar acara serupa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Fauzi Tubat, Seed Business Head Syngenta Indonesia, menjelaskan bahwa perusahaan telah berkomitmen selama lebih dari 20 tahun dalam menghasilkan benih berkualitas dan memberikan solusi inovatif kepada petani di Indonesia. “Jagung bioteknologi adalah kunci untuk menjawab tantangan dan meraih potensi besar di sektor pertanian,” ungkapnya.
Potensi peningkatan hasil panen dari jagung bioteknologi ini diperkirakan mencapai 10% dibandingkan dengan benih non bioteknologi, yang merupakan angka yang signifikan mengingat harga jagung yang saat ini cukup tinggi. Munip, seorang petani dari Tuban, Jawa Timur, menambahkan bahwa tanaman jagung yang tahan terhadap ulat secara otomatis mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk menanggulangi serangan hama, serta menghasilkan panen yang memuaskan.
Dengan adanya NK Pendekar Sakti, petani diharapkan dapat menikmati hasil panen yang lebih baik dengan biaya produksi yang lebih rendah, membawa angin segar bagi industri pertanian di Indonesia. (dra)