Program Co-Firing PLN, PJB – Pemkab Indramayu Kelola Sampah Jadi Biomassa untuk Bahan Bakar PLTU

oleh -607 Dilihat

Usai penandatanganan _Memorandum of Understanding_ (MoU) antara PJB dengan Pemkab Indramayu di Badung, Bali pada Kamis (30/6).

KILASJATIM.COM, Badung – PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) menggandeng Pemerintah Kabupaten (pemkab) Indramayu untuk mengolah sampah menjadi biomassa yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti batu bara _(co-firing)_ di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik perseroan.

Sinergi ini ditandai dengan penandatanganan _Memorandum of Understanding_ (MoU) antara PJB dengan Pemkab Indramayu di Badung, Bali pada Kamis (30/6).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan bahwa melalui sinergi ini, PLN dan Pemda bisa mencapai dua cita-cita sekaligus. Pertama, membantu Pemda untuk bisa mengolah sampah kota untuk jadi sumber energi yang mempunyai nilai ekonomis.

“Kedua, PLN membutuhkan biomassa untuk mendukung program _co-firing_ di PLTU kami. Dengan kolaborasi ini, maka sampah kota yang sebelumnya selalu jadi momok bisa diolah bersama untuk menjadi sumber energi domestik,” ujar Darmawan.

Melalui kerja sama ini nantinya, Pemkab Indramayu dan PLN akan melakukan penelitian juga pengembangan pengelolaan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP). BBJP ini nantinya akan masif dilakukan di daerah lain dan mampu mensubtitusi kebutuhan batu bara sampai 500 ribu ton per tahun. Melalui penggunaan biomassa ini sejak tahun lalu hingga saat ini, PLN mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 481 ribu ton.

Sekretaris Kementerian BUMN, Susyanto menjelaskan untuk mewujudkan target _Carbon Neutral_, PLN mempunyai peran yang sangat siginifikan. Sesuai _roadmap_ yang tertuang dalam RUPTL 2021 – 2030 PLN akan meningkatkan porsi pembangkit berbasis energi bersih juga melalui teknologi _co-firing_.

Baca Juga :  PLN Peduli UMK, Lewat PON XX Papua Menuju Kebangkitan Ekonomi, Berikan Energi Listrik Andal

Susyanto menilai teknologi ini bisa diimplementasikan dengan cepat melalui aset PLTU yang ada saat ini. Untuk bisa membuat program ini bisa berjalan baik, maka perlu adanya kolaborasi baik antara BUMN maupun stakeholder lain.

“Untuk menjaga ketersediaan pasokan biomassa ini diperlukan kolaborasi yang baik dari semua _stakeholder_. Kalau ini berjalan baik, maka target bauran energi bisa tercapai pada akhirnya,” ujar Susyanto.

PLN secara bertahap terus menerapkan teknologi _co-firing_ hingga menjadi 52 PLTU dengan total kapasitas 18 GW pada tahun 2025. Untuk mendukung program ini, PLN membutuhkan pasokan biomassa mencapai 10,2 juta ton per tahunnya pada 2025 sehingga dapat menekan emisi karbon sebesar 11 juta ton CO2 dan gas rumah kaca setiap tahunnya.

“Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, PLN berkolaborasi dengan berbagai BUMN, pemerintah daerah hingga swasta,” terang Darmawan.

Tak hanya itu, PLN juga melibatkan masyarakat secara aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pelet sebagai bahan baku sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi setempat.

Melalui _co-firing_, PLN mampu dengan cepat meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) karena dapat mensubtitusi batu bara dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Inovasi ini merupakan upaya PLN dalam mendukung Pemerintah dalam percepatan pemanfaatan EBT menuju target 23 persen pada tahun 2025. (kj2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.