Portable Ultrasound Permudah Pasien Jantung Periksa

oleh -261 Dilihat

KILASJATIM.COM, SURABAYA – Tim peneliti Biomedis Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berhasil mengembangkan alat pemeriksaan jantung portabel atau Portable Ultrasound. Tim yang diketuai oleh Riyanto Sigit, ST. M.Kom. Ph.D, bersama Tita Karlita, S.Kom. M.Kom dan dr. Taufiq Tidayat, Sp.A dari RS Unair serta 2 mahasiswa Moh. Johan dan Churun In menyebut bahwa antrian panjang di rumah sakit bagi pasien jantung menginspirasi pembuatan alat portabel tersebut.

“Kami melihat betapa panjangnya antrian di Rumah Sakit besar dalam melayani pasien, terutama pasien sakit jantung. Selama ini untuk check jantung biasanya pasien yang harus datang ke ruangan khusus ultrasound. Nah, dalam kondisi tertentu misalnya, pasien pasti akan mengalami kendala sekaligus kesulitan. Misalnya saja pada pasien kritis sakit jantung, ” papar Riyanto Sigit.

Berdasarkan luasnya wilayah Indonesia, tentunya tidak seluruhnya dapat tersentuh layanan kesehatan. Di pelosok tanah air bahkan, terkadang petugas kesehatanlah yang harus mendatangi suatu daerah untuk memberikan layanan kesehatan. Dan menurut Riyanto Sigit, alat ini dapat menjadi solusi untuk layanan tersebut. Jika dibandingkan dengan alat ultrasound yang ada di Rumah Sakit, dimensi alat portabel ini relatif lebih ringkas dan memungkinkan dibawa berpindah-pindah.

TIdak hanya itu, alat portabel ini juga mampu membantu memberikan diagnosa pada pasien dengan lebih presisi, mengingat biasanya dokter juga berbeda-beda dalam memberikan diagnosa pada pasien, khususnya penyakit jantung. “Ini merupakan hal yang lumrah karena masing-masing dokter memiliki sudut pandang berbeda dalam memberikan diagnosa. Jadi alat ini sifatnya membantu memberikan gambaran kondisi jantung pasien,” tambah Riyanto.

Portable Ultrasound ini kerjanya dimulai dari pemindaian area dada pasien dengan menggunakan alat ultrasound. Pasca pemindaian, akan diperoleh data berupa video jantung yang diambil dari berbagai sudut pemeriksaan. Portable ultrasound pun lantas melakukan pengiriman data melalui komunikasi wireless dengan smartphone. Berikutnya hasil video tersebut dikirimkan ke PC dengan komunikasi USB.

Baca Juga :  Jadi Duta Kesehatan Anak dan Remaja Jatim 2023, Mahasiswa Unusa Sisihkan Puluhan Peserta

“Setelah data diterima akan dilakukan preprocessing dan segmentasi. Dan di tahap ini gambar atau citra yang bebas dari noise sangat dibutuhkan guna mempertajam kualitasnya,” terang Riyanto yang sudah mengantongi paten atas risetnya tersebut. Hasil segmentasi yaitu diperoleh area kontur rongga jantung dengan tingkat akurasi rata-rata 86,6%, yang mana hasilnya akan digunakan untuk melakukan pelacakan jantung.

Dengan hasil segmentasi yang cepat dan akurat maka akan memudahkan pengguna untuk mengobservasi kondisi jantungnya sendiri, apakah dalam kondisi normal atau tidak.

Dari sisi harga, lanjut Riyanto, per unit perangkat Ultrasound menyentuh kisaran 1-2 Milyar. Karena harganya yang cukup tinggi, maka fasilitas ini biasanya tersedia di Rumah Sakit besar dengan intensitas pemakaian yang lumayan tinggi. Kondisi ini berbanding jauh dengan Portable Ultrasound, yang kisaran harganya lebih terjangkau, sekitar 120 Jutaan. Tetapi, berdaya jangkau lebih luas.

Ke depan, Riyanto masih ingin mengembangkan beberapa riset biomedis yang berhubungan dengan deteksi jantung, terutama untuk mengembangan Portable Ultrasound. Salah satunya adalah akan melakukan perubahan packaging. “Saya ingin mengubah dimensinya, menjadi seukuran kopor atau laptop. Sehingga makin memudahkan layanan kepada pihak pasien maupun perawat yang bertugas. Dan tentunya dengan kapasitas gambar yang lebih baik lagi. Semoga semua bisa terwujud di tahun depan, ” pungkas Riyanto.(tok)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News