PHE-WMO Sukses Replikasi Budidaya Jamur Tiram Dengan Memanfaatkan Limbah Domestik

oleh -421 Dilihat

Sapto Agus Sudarmanto, Field Manager PHE WMO bersama Kepala Desa Sidorukun, Djuli Aspug saat meninjau Budidaya jamur tiram yang memanfaatkan limbah domestik

KILASJATIM.COM, Gresik – Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE-WMO) berhasil mereplikasi kegiatan Budidaya Jamur Tiram di Desa Sidorukun, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Budidaya ini memanfaatkan limbah domestik yang ada pada warga.

Sapto Agus Sudarmanto, Field Manager PHE WMO berharap program ini dapat membantu warga Desa Sidorukun. Dampak pandemi Covid-19 kemarin mengakibatkan banyak orang kehilangan mata pencaharian.

” Semoga seluruh pihak di Desa Sidorukun mendukung keberhasilan program ini agar manfaatnya dapat merata dan dirasakan seluruh warga setempat,”  kata Sapto Agus Sudarmanto,
dalam acara serah terima program dilakukan PHE-WMO kepada pihak desa di kantor Kepala Desa Sidorukun, Selasa (14/6/2022).

Program budidaya jamur ini sebelumnya sudah dilakukan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Fleurir di RW 04. PHE-WMO memperluasnya ke wilayah RW 03 Desa Sidorukun tahun ini. Budidaya jamur tiram yang menggunakan media baglog ini dibangun di sana.

Dengan menggunakan empat ribu baglog, warga bisa memproduksi 20 kilogram jamur per hari, dengan rata-rata penghasilan Rp 400 ribu per hari. Hasil ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar-pasar tradisional di Gresik, dan bahkan mall-mall di Gresik.

Jamur yang diproduksi bisa diolah menjadi produk olahan, seperti jamur krispi, sempol jamur, manisan jamur, dan lainnya. Saat ini kelompok masih dalam masa inkubasi 4000 baglog, dan diharapkan pada 120 hari kedepan sudah dapat dilakukan panen yang pertama

Tingginya permintaan pasar dan terbatasnya hasil produksi di Kube Fleurir membuat ada peluang pasar yang bisa dijangkau dengan replikasi program, khususnya Kube Jatim (Kelompok Usaha Bersama Jamur Tiram). Ini juga menjadi media untuk pembelajaran, melakukan kegiatan wisata edukasi petik jamur yang terbuka bagi institusi baik pendidikan serta dinas seperti  melakukan wisata petik jamur di Desa Sidorukun.

Baca Juga :  PLN ULP Menganti Sosialisasi Kelistrikan Kepada Guru dan Siswa SDN 219 Menganti

Budidaya jamur tiram menggunakan baglog adalah metode yang relatif mudah dan terjangkau. Perawatannya tak begitu susah dan memanfaatkan daur ulang air limbah. Ada dua tandon IPAL (Instalisasi Pengolahan Air limbah) domestik yang masing-masing memiliki kapasitas 2200 liter dan 1100 liter. Tandon ini menampung limbah domestik dari 116 kepala keluarga di wilayah RW 03 Desa Sidorukun.

Hasil pengolahan air limbah tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk menyirami tanaman dan budidaya jamur. Selain itu, air limbah bisa dimanfaatkan untuk menjaga kelembaban suhu di dalam kumbung jamur, dengan menggunakan alat nozle spray.

Ada dua bak kontrol yang berisikan koral, pasir, arang batok kelapa dan ijuk. Bak kontrol pertama terhubung dengan bak kontrol, dengan memanfaatkan pompa water jet melalui pipa 4 inci untuk memompa air ke tandon air 1100 liter. Dari dua tandon ini, air dipompa melaluhi dua tabung filter yang berisikan karbon aktif, pasir silikam dan manganese ke tandon air 2200 liter.

“Kami berterima masih sekali kepada PHE WMO yang selama ini memiliki banyak kepedulian di Sidorukun. Apa yang sudah diberikan semoga terus memberikan manfaat dan keberkahan, dan semoga semangat teman-teman bisa saling menularkan satu dan lainnya,” papar Kepala Desa Sidorukun, Djuli Aspug. (kj2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.