Penjualan Produk Konsumsi Ritel Masih Tertinggi Di Pasar Tradisional

oleh -504 Dilihat

Nara  sumber dalam acara FGD Bank Mandiri bersama Forum Jurnalis Ekonomi dengan tema “Persaingan Pasar Tradisional VS Modern dalam Perdagangan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) di Surabaya, Senin (1/4/2019).

 

SURABAYA, kilasjatim.com: –
Bank Mandiri melihat
bisnis perdagangan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Jawa Timur terus tumbuh dengan baik bahkan menjadi salah satu penyangga pertumbuhan ekonomi

Regional CEO Bank Mandiri Jawa III Erwan Djoko Hermawan, mengatakan penjualan produk FMCG di Jawa Timur berdasarkan data AC Nielsen, memberikan andil sekitar 14,5% terhadap total penjualan barang konsumsi ritel nasional.

Sementara itu, Vice President Bank Mandiri Regional Surabaya, Atta Alva Wanggai mengatakan bank Mandiri akan terus mendukung bisnis perdagangan FMCG. Secara nasional, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sektor ini Rp 21,3 triliun di tahun 2018.

“Perdagangan FMCG di Jawa Timur, merupakan salah satu sektor potensial mengingat jumlah penduduk di wilayah ini mencapai 39,3 juta jiwa dan kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 59,3 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur,” katanya disampaikan pada acara FGD Bank Mandiri bersama Forum Jurnalis Ekonomi dengan tema “Persaingan Pasar Tradisional VS Modern dalam Perdagangan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) di Surabaya, Senin (1/4/2019).

Meskipun perdagangan FMCG melalui channel perdagangan umum/tradisional saat ini masih mendominasi, peningkatan kontribusi perdagangan FMCG melalui channel modern terbilang cukup pesat. Pada tahun 2003, kontribusi perdagangan FMCG melalui channel tradisional sebesar 79,7 persen (di luar rokok), melalui hypermarket/supermarket 14,2 persen, dan minimarket 6,1 persen.

Sementara saat ini, kontribusi perdagangan FMCG melalui minimarket meningkat menjadi 31,4 persen, hypermarket/supermarket 12,1 persen, dan tradisional 56,5 persen.

Baca Juga :  KH Maruf: Arus Baru Ekonomi Indonesia Wujudkan Pemerataan

Para kesempatan yang sama,
Koordinator Wilayah Indonesia Timur Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Abraham Ibnu menegaskan bahwa pabrikan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) lebih senang menjual produk yang diproduksi di berbagai pasar tradisional dibanding pasar modern. Hal ini terlihat dari penguasaan pasar tradisional terhadap penjualan produk FMCG yang mencapai 72 persen hingga 74 persen.

“Kenapa pabrikan FMCG lebih menyukai pasar tradisional dibanding pasar modern, karena peredaran uang cash di pasar tradisional jauh lebih besar dibanding pasar modern,” ujar Abraham Ibnu.

Di pasar tradisional, pembayaran selalu dilakukan secara cash dan tidak mundur. Sehingga pelaku bisnis FMCG akan bisa kembali memutar modal mereka dengan cepat. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan di pasar modern dimana pembayaran selalu mundur satu bulan.

“Jadi mereka akan berusaha menjual produknya lebih banyak lagi di pasar tradisional untuk menutupi mundurnya pembayaran di pasar modern,” tegasnya.

Pemerintah sendiri telah melakukan beberapa upaya untuk mencari jalan tengah atau win-win solution, mulai dari penataan pasar tradisional dan toko modern melalui zonasi, program quick win kebijakan pemerataan ekonomi ritel modern dan pasar tradisional, hingga peraturan kemitraan antara ritel modern dan pedagang tradisional dimana peritel modern wajib menjadi pemasok bagi pedagang tradisional. (kj2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News