KILASJATIM.COM, Surabaya — Pendidikan Inklusi Sekolah Cikal Surabaya memperingati Hari Anak yang jatuh pada 20 November 2024 dengan menggelar acara Assembly Pendidikan Inklusi bertema Forest of Wonder. Kegiatan ini dirancang sebagai ruang bagi murid inklusi untuk menampilkan hasil belajar, mengeksplorasi bakat, dan mengasah kemampuan mereka.
Koordinator Pendidikan Inklusi Cikal Surabaya, Diyan Wahyuni, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mendukung setiap anak dalam mengekspresikan potensi mereka. “Setiap anak adalah individu yang unik. Kami percaya tugas sekolah adalah menciptakan lingkungan di mana mereka dapat berlatih dan mengembangkan kemampuan terbaiknya,” ujar Diyan.
Acara ini digelar untuk kedua kalinya dan direncanakan menjadi agenda tahunan yang konsisten dalam mendukung pendidikan inklusif. Tahun ini, konsep acara yang berbentuk mini drama dipilih sebagai medium interaktif untuk menyampaikan pesan penting kepada para murid dan orang tua siswa.
Drama Forest of Wonder mengisahkan perjalanan seorang anak yang tersesat di hutan Nusa Nipa, sebuah wilayah fiktif yang kaya akan budaya dan keanekaragaman hayati. Dalam perjalanannya, anak tersebut belajar tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan melalui interaksi dengan penduduk setempat dan makhluk hidup di hutan.
Konsep cerita ini digagas oleh Nourmaulida Effie Kusumaningtyas, yang akrab disapa Miss Tyas, bersama rekannya, Niki Insan Taqwa atau Miss Niki. “Kami ingin menghadirkan cerita yang bukan hanya menghibur, tetapi juga edukatif. Anak-anak tidak hanya berperan dalam cerita, tetapi juga memahami pesan penting tentang lingkungan,” ungkap Miss Tyas.
Sebanyak 46 murid inklusi dari jenjang Reception (setara TK) hingga High School (setara SMA) terlibat dalam drama ini. Para pemeran drama meliputi Nara, murid kelas 2, sebagai narator; Putra, murid kelas 8, sebagai orang asing yang tersesat di hutan; Wimar, murid kelas 9, sebagai penduduk desa Nusa Nipa; Paxton, murid kelas 2; Arsyila, murid kelas TKB; serta Rizi, Kenes, dan Rafa, murid kelas 4, sebagai penduduk desa Nusa Nipa. Fatharian, murid kelas 3, memerankan Pohon Cendana, sementara Rasyid, murid kelas 10, dan King, murid kelas 3, memerankan keluarga Komodo.
Drama ditutup dengan pesan lingkungan yang disampaikan oleh karakter Pohon Cendana. Pesan tersebut mengingatkan pentingnya menjaga alam dengan tidak menebang pohon sembarangan atau memburu hewan langka seperti komodo.
Tidak hanya menampilkan drama, acara ini juga menjadi ajang bagi murid untuk memamerkan hasil belajar mereka. Setiap jenjang kelas menghasilkan karya yang menarik, mulai dari replika alat musik sederhana oleh murid Reception, poster rantai makanan bertema Nusa Nipa oleh murid Lower Primary, hingga miniatur peta Pulau Flores dari bubur kertas oleh murid Upper Primary.
Murid dari jenjang Middle School dan High School tidak kalah kreatif, dengan memamerkan replika komodo dari clay, board game bertema Nusa Nipa, dan poster makanan tradisional. Pameran ini menjadi bukti bahwa proses belajar tidak hanya berbasis teori, tetapi juga praktik yang menyenangkan.

Sebagai tambahan, murid dari jenjang Reception dan Lower Primary menyanyikan lagu tradisional Potong Bebek Angsa yang diiringi oleh alat musik tifa. Penampilan ini memberikan nuansa budaya yang kental dan menghibur para hadirin.
Persiapan untuk menyelenggarakan drama dan pameran ini membutuhkan waktu hingga dua bulan. Para guru dan murid bekerja sama dengan semangat tinggi untuk memastikan acara berjalan lancar. “Melihat antusiasme anak-anak saat latihan dan keberhasilan mereka tampil hari ini membuat semua kerja keras kami terbayar,” kata Miss Niki.
Melalui acara ini, Pendidikan Inklusi Cikal Surabaya tidak hanya mendukung murid dalam aspek akademik, tetapi juga memberikan mereka ruang untuk mengeksplorasi bakat dan menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal. Perayaan ini menjadi pengingat bahwa setiap anak berhak untuk belajar, berkarya, dan bersinar dengan caranya sendiri. (DEN)