Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk, Sigit Wahono dalam paparannya di acara Media Gathering Kamis (09/11) malam di Bali. (*ist)
KILASJATIM.COM, Surabaya –
PT Semen Indonesia Tbk, mengalami over suplai untuk bisa diserap pasar lebih besar lagi dengan menggenjot ekspor.
Saat ini produksi semen nasional berlebih. Berdasar data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kapasitas semen tanah air mencapai 113,1 juta ton. Padahal, kebutuhan semen di pasar dalam negeri hanya sekitar 70 juta ton. Artinya, ada kelebihan produksi 43 juta ton.
Mengantisipasi kelebihan tersebut Semen Indonesia membidik salah satu negara sepeti Tiongkok. Karena negara tersebut sedang mengalami kekurangan pasokan semen akibat adanya banyak pemberhentian pabrik dikarenakan isu lingkungan.
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk, Sigit Wahono mengatakan,
dengan kondisi di Tiongkok saat ini merupakan peluang bagus. Namun kami belum tahu kontinuitasnya.
“Selain Tiongkok, perseroan juga gencar menggarap pasar semen di kawasan Asia Selatan dan Tenggara. Seperti Bangladesh, India, Sri Lanka, Filipina, dan Timor Leste.
Kami juga punya pasar baru lagi di Maladewa,” kata Sigit di acara media gathering di Bali,Jumat (08/11/2019)
Ditambahkan Sigit, tahun 2019 merupakan tahun pertama PT Semen Indonesia mendapatkan pembeli dari Tiongkok diharapkan akan kontinyu dalam pembelian setiap bulannya.
Sementara itu kondisi pasar semen dalam negeri saat ini menurut Sigit, tidak sebagus ekspor. Secara total market mengalami penurunan 2 persen dibanding tahun lalu.
“Kondisi tersebut dampaknya terhadap penjualan sangat terasa mengalami penurunan siginifikan per September 2019 turun hingga 4,9 persen,” tegasnya.
Namun perseroan terus melakukan langkah strategis dan kinerja perseroan sepanjang Januari-September 2019 masih mengalami peningkatan sekitar 7 persen atau menjadi 2,9 juta ton.Terlebih lagi kapasitas produksi Semen Indonesia saat ini mencapai total 51 juta ton setelah mengakusisi Holcim, ditambah pabrik semen di Vietnam sehingga jumlahnya mencapai 53 juta ton.
“Memang kondisi pasar semen dalam negeri saat ini tidak sebagus ekspor. Secara total market mengalami penurunan 2 persen dibanding tahun lalu,” imbuhnya.
Namun, Sigit mengakui turunnya kondisi pasar semen dalam negeri disebabkan banyak faktor diantaranya adanya pemilu pada semester pertama sehingga para pelaku bisnis belum berani besikap dan masih wait and see.
Sigit berharap di kuartal akhir ini ekonomi bisa kembali bergairah dan proyek-proyek bisa berjalan kembali sehingga penyerapan semen bisa terdongkrak naik. (kj2)