KILASJATIM.COM, Surabaya – Meski memasuki musim kemarau namun hujan dengan intensitas lebat masih mengguyur sebagian besar wilayah di Jawa Timur. Kondisi ini, menurut BMKG disebabkan beberapa faktor yang membuat atmosfir labil.
Adapun hal yang memicu terjadinya perubahan cuaca ekstrem disebabkan interaksi suhu permukaan laut, tekanan udara serta kelembaban yang tinggi.
“Sehingga memungkinkan adanya pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat, petir, angin kencang, hingga hujan es,” terang BMKG dalam keterangannya, Jumat (23/5/2025).
BMKG mengungkap aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) masih terpantau aktif di Benua Maritim. Selain itu, gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial cenderung persisten berpropagasi di wilayah Indonesia.
Kondisi-kondisi tersebut memicu pertumbuhan awan hujan di bagian barat Indonesia. MJO dan gelombang atmosfer membuat hujan lebat masih sering terjadi, meski banyak wilayah yang terindikasi memasuki awal musim kemarau pada akhir Mei ini.
Dalam sepekan terakhir, hujan lebat telah menimbulkan bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah. Mulai dari Aceh, Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Timur, DKI Jakarta dan masih banyak lagi.
Sedangkan prediksi guyuran hujan berpotensi turun hingga sepekan ke depan.
“Satu minggu kedepan (20-26 Mei 2025) terjadi fenomena MJO konsisten ada di wilayah Indonesia. Begitu pun dengan gelombang Rossby Ekuatorial diperkirakan akan memasuki beberapa hari ke depan,” imbuh BMKG.
Masyarakat diimbau tetap waspada dengan potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir dan sebagainya.
“Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru,” tutup BMKG. (cit)