Menaker: 800.000 Sarjana di Indonesia Masih Menganggur

oleh -467 Dilihat

KILASJATIM.COM, Jakarta – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan bahwa saat ini masih terdapat sekitar 800.000 lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan. Salah satu faktor utama tingginya angka pengangguran ini adalah ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan industri dan keterampilan yang dimiliki para lulusan sarjana.

Bahkan, para lulusan sarjana yang masih menganggur tersebut berada dalam usia produktif, yakni 21-29 tahun. Hal ini menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan dan industri di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah ini, Yassierli menekankan pentingnya peningkatan keterampilan bagi lulusan sarjana melalui berbagai program pelatihan yang tersedia di Balai Latihan Kerja (BLK). Selain itu, ia juga menyoroti perlunya universitas melakukan evaluasi dan penyesuaian kurikulum agar lebih selaras dengan kebutuhan pasar kerja.

“Membuat pelatihan-pelatihan di BLK memang penting, tetapi institusi pendidikan juga harus melakukan evaluasi terhadap kurikulum mereka,” ujarnya dalam keterangannya pada Selasa (25/3/2025).

Lebih lanjut, Yassierli menegaskan bahwa institusi pendidikan perlu menjadikan isu ini sebagai bahan evaluasi serius. Ia menambahkan bahwa selain pelatihan di BLK, perlu ada koordinasi yang lebih erat antara pemerintah, universitas, dan industri untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih siap pakai.

“Jadi, institusi pendidikan harus menjadikan ini sebagai bahan evaluasi. Sementara itu, kami juga harus menyiapkan level pelatihan di BLK agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri,” tambahnya.

Menurutnya, permasalahan mismatch ini dapat diatasi dengan kerja sama erat antara pemerintah dan institusi pendidikan. Pemerintah sendiri telah menyiapkan berbagai program untuk meningkatkan keterampilan lulusan sarjana agar sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.

“Banyak lulusan perguruan tinggi kita yang masih menganggur, terutama di usia 21-29 tahun. Dari data yang kami miliki, jumlahnya sekitar 800.000 orang. Ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dan kebutuhan industri,” jelasnya.

Baca Juga :  Seru! Perang Bintang Pesepakbola Putri Belia Bakal Tersaji di Supersoccer Arena Kudus

Sebagai langkah konkret, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) telah berkoordinasi dengan pelaku industri nasional agar lebih proaktif dalam membuka kesempatan kerja bagi para lulusan sarjana.

“Kami ingin kawasan-kawasan industri lebih proaktif dalam membuka kesempatan kerja, karena mereka yang paling tahu kebutuhan tenaga kerja di sektor mereka,” ujar Yassierli.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya koneksi langsung antara dunia industri dengan institusi pendidikan seperti SMK dan politeknik, guna menciptakan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

“Industri harus langsung terhubung dengan SMK dan politeknik untuk membuat program pelatihan yang relevan. Selain itu, tantangan besar lainnya adalah kita belum memiliki blueprint atau master plan terkait pekerjaan di masa depan. Kami saat ini sedang menyusun rencana tersebut agar bisa menciptakan tenaga kerja yang lebih siap menghadapi tantangan digital dan industri 4.0,” pungkasnya.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan lulusan perguruan tinggi di Indonesia dapat lebih mudah terserap di dunia kerja dan angka pengangguran di kalangan sarjana dapat berkurang secara signifikan. (den)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.