Marak Tawuran dan Geng Motor, Khusnul: Perlu Tingkatkan Patroli dan Peran Masyarakat

oleh -809 Dilihat
Khusnul Khotimah, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya

KILASJATIM.COM, Surabaya: Maraknya aksi tawuran dan geng motor di Surabaya akhir-akhir ini yang mayoritas adalah anak-anak atau pelajar membuat masyarakat resah. Pasalnya mereka kerap menggelar konvoi dengan menutup jalan hingga mengacungkan senjata tajam (sajam). Tak hanya itu, petasan juga kerap dibawah oleh kelompok-kelompok anak-anak yang mengatasnamakan dirinya sebagai gangster.

Menanggapi maraknya tawuran di Surabaya, Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah meminta Pemkot Surabaya dan jajaran samping TNI/Polri agar terus menggelar patroli di setiap kawasan. Termasuk kawasan yang rawan atas tindakan tawuran. Tak hanya itu kerjasama atau peran masyarakat di semua RT/RW untuk memantau wilayah masing-masing juga ditingkatkan. Dengan layanan RT maupun RW diperkuat dengan mengaktifkan kembali sistem ronda di kampung.

“Upaya untuk memerangi gangster di Surabaya atau kelompok yang terlibat tawuran juga harus dimasifkan. Selain patroli bersama juga harus kerjasama dengan semua RT dan RW untuk memantau wilayah masing-masing. Mungkin dengan mengaktifkan kembali sistem ronda,”kata Khusnul, Jumat (2/12)

Bahkan pengawasan dan patroli terus ditingkatkan, apalagi menjelang natal dan tahun baru (Nataru). “Jadi saat Nataru ini pengawasan lebih diperketat lagi. Karena mereka sudah menyiapkan rencana yang dapat menganggu keamanan dan kenyamanan warga Surabaya,”tegas Khusnul.

Pengawasan atau kontrol orang tua, menurutnya perlu ditingkatkan juga. Karena kecenderungan anak-anak yang terlibat tawuran ini sering menggunakan sosial media (sosmed) untuk mengajak satu sama lain dalam aksinya. “Orang tua juga terus mengawasi anak-anaknya agar tidak keluar malam meski hanya sekedar nongkrong. Karena saat bergerombol biasanya rawan untuk melakukan aksi tawuran,”ujarnya.

Pihaknya juga meminta pemkot Surabaya untuk membuat pola- pola perlindungan anak di Surabaya agar tidak terjadi tawuran. Sementara itu anggota komisi D lainnya yakni Hari Santoso mengatakan bahwa perlu adanya komunikasi antara guru atau pihak sekolah dengan wali murid. Terkait pola perkembangan anak-anak. “Pengawasan orang tua dan guru juga sangat dibutuhkan agar aksi tersebut tidak semakin merajalela. Jadi butuh komunikasi kedua belah pihak,”tutur Hari.

Baca Juga :  Belajar Kiat Sukses Pelayanan Publik, LAN RI Kunjungi Banyuwangi

Identifikasi kelompok atau gangster juga menurutnya perlu dilakukan oleh pihak berwajib yakni kepolisian. “Sebetulnya permasalahannya apa? Ini harus dicari dan diberikan solusi agar tidak tawuran. Karena sangat menganggu pola atau perkembangan anak ketika terlibat aksi tawuran,”ujarnya.

Fenomena tawuran antar kelompok atau gangster merupakan bentuk perilaku patologis atau masalah kesehatan mental, hal tersebut dikatakan oleh Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr Bagong Suyanto. “Hal tersebut bukan tiba-tiba muncul dengan sendirinya secara berkelompok. Melainkan, ada yang menginisiasi atau memantik, sehingga individu atau anak lain terpengaruh lalu ikut serta ke dalamnya. Sehingga muncul pribadi atau mentalitas yang sok jagoan,”kata Prof Bagong.

Ia menambahkan dalam perilaku patologis, ada suatu hal yang kurang dan tak lengkap bila seseorang yang punya sifat patologis itu tak melakukan sesuatu yang diinginkan. “Semata-mata untuk menunjukkan kelebihannya, walaupun itu melanggar hukum dan norma yang ada di masyarakat,” pungkasnya. (KJ3/ADV)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.