KILASJATIM.COM, SURABAYA – Workshop Cek Fakta dan Prebunking yang diikuti remaja usia SMP hingga SMA atau usia rentan sebagai korban sekaligus pelaku penyebaran hoaks di media sosial, digelar Komisariat Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Komindo) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) berkolaborasi bersama tim pengabdian Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) UKWMS, bertempat di Paroki Gereja Gembala Yang Baik, Surabaya.
Merlin, ketua pengabdian sekaligus dosen Fikom UKWMS, menyampaikan bahwa workshop bertujuan meningkatkan nalar krits remaja, sebab semakin banyak waktu yang dihabiskan mereka di dunia maya, semakin besar pula resiko kelompok usia ini terkecoh berita palsu. “Kami melatih nalar kritis remaja dengan metode workshop berbasis game based learning melalui ular tangga anti hoaks Mafindo, yang dipandu oleh fasilitator Komindo UKWMS,” terang Merlin.
Sebelum memasuki pengaplikasian games ular tangga, para remaja dibekali keterampilan cek fakta oleh tim pengabdian dan juga fasilitator Komindo, pembekalan ini dilakukan dalam bentuk berkelompok untuk mengenalkan ragam jenis hoaks seperti misinformasi, disinformasi, hingga malinformasi. Pembekalan dalam dinamika kelompok juga menjelaskan bagaimana hoaks dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap sisi psikografis remaja seperti fenomena cyberbullying. Setelah mengenal dampak dan jenis hoaks, peserta diarahkan untuk mengaplikasikan alat cek fakta dengan menganalisis berita hoaks dari berbagai sumber seperti berita dan platform media sosial dari Instagram hingga Facebook. Pengaplikasian ini bertujuan untuk membentuk nalar kritis dari remaja untuk membedakan informasi hoaks atau fakta yang beredar di dunia maya.
Tujuan dari permainan ular tangga ini adalah menguji nalar kritis dan keterampilan kognitif remaja dalam memutuskan bagaimana cara menangani hoaks yang beredar, permainan ular tangga ini juga bagaikan vaksin anti hoaks yang terkemas dalam bentuk permainan supaya para remaja mudah memahaminya. Menariknya, permainan ular tangga ini menggunakan satu perwakilan anggota kelompok sebagai bidik, sedangkan anggota kelompok lainnya bertugas untuk diskusi bersama dan membantu bidik untuk menjalankan permainan ular tangga dengan ketentuan satu kelompok terdiri dari 5-7 orang. Berbeda dari konsep ular tangga biasanya, permainan ular tangga Mafindo ini menggunakan aturan apabila peserta bertemu dengan tangga maka dia harus turun dan apabila bertemu dengan ular dia bisa naik, di setiap kotaknya para peserta harus menjawab pertanyaan terlebih dahulu untuk menguji nalar kritis sekaligus membagikan kisahnya ketika menemui hoaks di dunia maya.
Ketika permainan ular tangga berlangsung, terdapat peristiwa menarik saat salah satu peserta bernama Vino menceritakan bahwa ketika dirinya bermain di media sosial khususnya Instagram dia pernah mendapatkan cyberbullying melalui komentar. Mendengar kisah tersebut Prithy Lu selaku fasilitator yang memimpin jalannya permainan ular tangga langsung menanggapi bahwa tindakan cyberbullying ini sungguh berbahaya bagi masa tumbuh kembang remaja, dirinya juga menyampaikan bahwa sebagai remaja yang bijak para peserta lainnya harus menghindari fenomena tersebut, karena dampak dari cyberbullying ini sungguh berbahaya mulai dari menurunkan kepercayaan diri hingga menyebabkan kematian hanya karena cuitan komentar.
Komindo hadir dengan melibatkan mahasiswa untuk dapat berperan aktif dan komprehensif dalam menangani isu literasi digital. Tia sebagai relawan Komindo menyampaikan kerisauannya ketika anak muda seringkali dipandang sebelah mata dan diremehkan karena stereotipe terhadap Gen-Z sebagai tukang ngeluh dan cuek dengan lingkungan sekitar, “Komindo hadir untuk mematahkan stereotip tersebut dan secara sukarela membuktikan bahwa anak muda itu berani mengambil dan menghadapi tantangan dalam konteks literasi digital dan hoaks yang banyak meresahkan berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga lansia” ujar Tia.
Workshop Cek Fakta dan Prebunking ini berkolaborasi dengan Dewan Pengurus Cabang Wanita Katolik Republik Indonesia Gereja Gembala Yang Baik (DPC WKRI GYB), Julie selaku Wakil Ketua WKRI Gembala Yang Baik menyampaikan bahwa kegiatan kali ini merupakan kali kedua setelah penyelenggaraan Akademi Digital Lansia yang menyasar para lansia sedangkan workshop kali ini menyasar Gen-Z sebagai target utama. “Ini sangat bermanfaat karena kami juga memiliki program untuk masyarakat di sekitar kami,” kata Julie.(tok)