KILASJATIM.COM, Malang – Seperti disampaikan pada bagian sebelumnya. Pada bulan-bulan ini pohon mawar sedang berbunga lebat-lebatnya. Meski bunga ini bukan termasuk bunga musiman.
Si kecil selalu menikmati setiap kuncup diujung tangkai. Ia menghitung berapa jumlah bunga pagi ini dan pagi-pagi selanjutnya. Setelah bermekaran, lantas berpikir akan dikemanakan?
Awalnya setiap berbunga dipotong sebagai hiasan meja atau kamar. Lantas untuk nyekar ke makam leluhur, kebetulan rumah kami tidak jauh di makam Samaan.
Dari mesin pencari di google ditemukan artikel, bila
kelopaknya, kaya akan serat dan air yang membantu melancarkan pencernaan. Kandungan pektinnya membantu meredakan diare dan sembelit. Konsumsi air mawar hangat dapat membantu meredakan sakit perut dan mual. Nah, si bocah mulai eksplorasi.
“Kelopak mawar bisa dimakan ternyata, buat kue atau peyek ya?” katanya sambil mencabuti setiap helai kelopak bunga.
Sepiring penuh, ia pun meminta saya membuat adonan kue kering dan kelopak mawar dijadikan hiasan. Masih belum puas, waktu duduk di bangku kelas sembilan SMPN 3 Malang, guru menugaskan membuat olahan alternatif.
Jadilah peyek mawar. Ia membuat adonan peyek yang diramu dari tepung beras, terigu, sedikit maizena diberi bumbu bawang, ketumbar, kemiri, garam, penyedap, telur, sedikit kunir dan daun jeruk purut.
Berapa gram komposisinya, saya tidak tahu. Yang pasti ia meramu sendiri. Kunir diambil dari pot, tanaman toga. Daun jeruk purut dipetik dari teras kecil kami.
Jadilah adonan peyek, lantas ia goreng diatas wajan berapi sedang. Kacang diganti lembaran kelopak mawar.
Rasanya renyah tapi tak bertahan lama. Bocah itu tetap mencoba. Sungguh saya suka peyek, tapi tak pernah membuatnya.
Setelah berhasil, peyek mawar pun dipasarkan dalam bazar sekolah. Dibungkus dalam kemasan plastik, setiap bungkus berisi tiga lembar kelopak mawar, dihargai Rp. 2 ribu saja.
Tak sampai setengah jam dagangannya ludes. Pembeli, utamanya para guru penasaran dengan peyek mawar.
“Jadi Suzana gak sih kalau makan bunga. Jadi ngeri-ngeri sedap mau makan, ” begitu komentar salah seorang guru yang ia sampaikan pada saya.
Dari eksplorasi nya, tugas membuat makanan alternatif mendapat nilai 9 angka yang lumayan dari skala 1-10. Angka itu diberikan sebab, sejauh ini belum ada peyek mawar.
Duduk di bangku SMK kelopak mawar seringkali digunakan sebagai bahan pembersih muka. Begitulah kisah pohon mawar, setelah 13 tahun menempati teras kami. (Tqi)