Foto: Ist/Pemprov Jatim
KILASJATIM.COM, Surabaya – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur bersama Kantor Perwakilan Jawa Timur Bursa Efek Indonesia dan Maybank menggelar sosialisasi pasar saham. Langkah ini dilakukan untuk membendung maraknya kegiatan judi online (Judol) yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengungkapkan bahwa saat ini judol sudah merajalela, bahkan anak kecil pun sudah ada yang belajar memainkan judol. Tidak hanya di kota, judol juga telah meluas hingga ke pelosok desa.
“Ini penting untuk disosialisasikan seiring dengan maraknya judol. Saham bisa menjadi alternatif untuk berinvestasi. Apalagi saham ini bisa dipelajari. Dan jika dibanding judol, prospek lebih bagus di judol. Kepastian berurusan dengan siapa itu lebih jelas, sementara judol spekulasinya lebih tinggi. Investasi saham lebih menguntungkan dibanding judol,” ujar Adik Dwi Putranto ketika dikonfirmasi, Jumat (16/8/2024).
Investasi saham, lanjutnya, tidak hanya bisa dilakukan oleh anak muda tetapi juga oleh orang-orang yang bingung untuk menginvestasikan dana Meraka. “Seperti orang yang baru mendapatkan uang pensiun, dari pada uangnya didiamkan di bank atau disimpan di rumah kemudian habis, lebih baik diinvestasikan di saham, uang tidak akan hilang. Kalau dibuat judol uang akan hilang. Apalagi saat ini kondisi saham mulai naik, sudah mulai stabil dan banyak pilihan, mulai dari investasi saham agro, tambang atau lainnya,” kata Adik.
Sementara itu Kepala Kanwil Jatim BEI, Cita Melissa mengungkapkan bahwa ada dua hal yang dilakukan BEI Jatim untuk memasyarakatkan pasar saham di Jatim. Pertama adalah meningkatkan awarness dan literasi masyarakat sebagai calon investor. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak tertipu investasi bodong dan tidak tertipu produk investasi ilegal serta produk lain yang merugikan seperti judi online yang mengakibatkan mereka terjerumus pada hal yang merugikan baik bagi pribadi maupun keluarga.
“Saat ini investor di Jatim berjumlah 1,7 juta, jauh dari jumlah penduduk Jatim secara keseluruhan yang mencapai 42 juta. Pekerjaan Rumah kita adalah meningkatkan awarness dan literasi dari sisi masyarakat sebagai calon investor,” ungkapnya.
Hal kedua yang dilakukan adalah melakukan edukasi kepada pengusaha untuk memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif pendanaan utama untuk perusahaan mereka. Ini juga agar perusahaan mereka bisa melantai di bursa dengan cara menjalankan mekanisme IPO dan akhirnya menjadi bagian dari perusahaan tercatat di Bursa efek Indonesia.
“Kita ketahui bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia sangat jauh dari ideal, bahkan kalah dengan negara tetangga. Dari total penduduk 250 juta lebih, investor di Indonesia masih 13 juta sekian dan untuk saham hanya sekitar 5,5 juta. Sedangkan tingkat literasi berdasarkan survei data OJK tahun 2022 masih diangka 4,1 %,” ujarnya.
Di Asia saja, Indonesia kalah dibanding negara tetangga yang saat ini rata-rata sudah diangka 10%. Sehingga sosialisasi harus terus digiatkan. Ada sejumlah faktor kecilnya tingkat literasi saham masyarakat Indonesia, diantaranya bahwa pasar modal, identik dengan orang kaya, pasar modal itu judi, pasar saham itu banyak kata-kata rumit dan butuh pengetahuan serta teknologi tinggi sehingga hanya untuk kalangan tertentu yang bisa masuk untuk berinvestasi.
“Rumor-rumor itu akhirnya menyebabkan masyarakat resisten terhadap pasta modal. Sehingga sejak tahun 2018/ 2019 kami melakukan kampanye “yuk nabung saham”. Itu adalah salah satu gebrakan BEI untuk mendekatkan masyarakat terhadap pasar modal. Karena mindset masyarakat masih menabung. Kami ingin agar saham itu menjadi gaya hidup,” ungkap Cita.
Ia berharap, melalui berbagai gebrakan yang dilakukan, maka stigma negatif tentang pasar modal yang beredar bisa diluruskan dengan fakta. Karena pasar modal bukan hanya untuk kalangan tertentu dan juga bukan hanya untuk orang kaya, karena satu saham ada yang harganya hanya Rp 50 perak.
Agar tidak salah memilih saat membeli saham di pasar modal, Area Manager Tiger Warriors Sales Maybank Sekuritas Indonesia, Diana Hartono memberikan sejumlah tips jitu. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan disaat membeli saham. Pertama adalah melihat kas perusahaan. Kas perusahan harus lebih banyak dibanding utang. “Artinya secara pemasukan lebih banyak. Jika perusahaan itu secara rasio utang lebih tinggi, maka itu akan berat di perusahaan,” kata Diana.
Kedua, perusahaan tersebut harus memiliki profitabilitas yang bagus, setidaknya lebih tinggi dibanding bank. “Ketika perusahaan itu memiliki profitabilitas yang bagus tentunya itu akan sangat menarik,” tegasnya.
Ketiga adalah bertumbuh atau growing secara kontinyu, karena ketika perusahaan itu hanya membukukan profit satu kali atau dua kali ada, kemungkinan hanya karena keberuntungan. “Tetapi ketika perusahaan tersebut menunjukkan kinerja positif dalam kurun waktu lama, konsisten bertumbuh, maka itu akan menarik bagi investor. Khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki feature value dan kompetitif advented atau memiliki daya saing dibanding kompetitor lainnya,” pungkasnya. (nic)