KILASJATIM.COM, SURABAYA – IDAF Talk yang digelar International Digital Accounting & Fraud atau IDAF Petra Christian University (PCU), Selasa (11/6/2024) menghadirkan topik: Cybercrime: A Practitioner’s POV. Sebuah topik yang secara khusus mengupas dan membahas peran penting seorang akuntan dalam mencegah terjadinya praktek-praktek cybercrime.
Cybercrime merupakan tindak kejahatan yang berkaitan dengan perangkat jaringan. Beberapa contoh cybercrime yang umum terjadi misalnya ransomware, hacking, cracking, identity theft, dan lain sebagainya. Tidak hanya individu, perusahaan juga rentan terkena cybercrime. Disinilah peran akuntan sangat krusial dalam mencegah terjadinya kejahatan tersebut di suatu perusahaan.
Dan program International Digital Accounting & Fraud atau IDAF Petra Christian University (PCU) menghadirkan IDAF Talk dengan topik “Cybercrime: A Practitioner’s POV” pada Selasa (11/06) di AVT.502, Kampus PCU. Seorang praktisi akan membagikan pengalaman dan pengetahuannya tentang cybercrime. Ia adalah Wani Sabu, S.H., M.Kn., M.M., selaku Executive Vice President Center of Digital, BCA.
“Kegiatan ini akan meningkatkan literasi tentang cyber security dan cybercrime kepada para mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Karena mereka lah yang nantinya memegang data-data keuangan perusahaan, yaitu data yang sensitif. Apalagi di era digital ini, data merupakan aset penting perusahaan,” terang Sany, S.E., MS-CIS., Ph.D., CMA., Kepala Program IDAF PCU.
Sany merinci, pembicara,Wani Sabu, S.H., M.Kn., M.M., selaku Executive Vice President Center of Digital, BCA., membahas tentang bahaya cybercrime dan cara mencegahnya dari sisi seorang akuntan. “Pada bisnis yang sudah menerapkan teknologi digital, akuntan perlu punya pemahaman risiko cybercrime. Dengan begitu ia mampu meminimalkan konsekuensi atas cybercrime tersebut,” kata Sany.
Tidak hanya berbicara soal peran akuntan, peraih 500 The Most Outstanding Women 2024 by Infobank ini juga membagikan beberapa modus yang digunakan oleh fraudster. “Di Indonesia, 99% kasus cybercrime menggunakan metode yang namanya Social Engineering. Ini merupakan modus penipuan di mana penjahat membuat customer merasa bahagia/stress lalu ditipu. Contohnya mendapatkan undian atau menerima kabar keluarga terkena musibah,” tegas Wani Sabu yang juga peraih Woman of Excellence Indonesia Award 2020 itu.
Wani juga menekankan bahwa Social Engineering dapat menyerang siapa saja, dan yang diserang bukanlah teknologinya melainkan human atau orang yang dimanfaatkan oleh pelaku. “Di zaman digital ini, uang kita bisa tiba-tiba hilang begitu saja. Sehingga literasi akan cybercrime perlu dimiliki oleh masyarakat luas,” tegas Wani.
Kepada puluhan peserta yang mengikuti sesi sharing dari Wani Sabu ini terlihat sangat antusias dengan ilmu-ilmu yang didapatkan. “Kami yakin IDAF Talk bisa membantu dalam meningkatkan awareness dan literacy akan cybercrime di masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya. Karena faktanya, cybercrime merupakan fraud urutan teratas yang dialami oleh banyak industri,” pungkas Sany.(tok)