Hari Jadi Pemkab ke-112, Kenalkan Ciri dan Makna Pakaian Khas Kabupaten Jombang

oleh -1113 Dilihat

KILASJATIM.COM, JOMBANG: Pemerintah Kabupaten Jombang resmi meluncurkan pakaian khas Jombang, bertempatan dengan peringatan Hari Jadi Pemkab ke-112, Jumat (21/10/2022).

Bupati Jombang, Mundjidah Wahab mengatakan jika pakaian khas Kabupaten Jombang itu memiliki motif utama batik relief Candi Arimbi serta kangkung.

“Pakaian khas Kabupaten Jombang memiliki warna ijo dan abang (hijau dan merah). Menunjukkan ada kota santri, Jombang tempat menuntut ilmu, ada simbol candi Arimbi dengan salurnya, ada kangkung yang menunjukkan kebersamaan,” tutur Mundjidah.

Pakaian khas Kabupaten Jombang untuk perempuan dinamakan Komodoningrat dengan tapih Kudawaningpati motif utama relief Candi Arimbi serta kubah Masjid Jami’.

Sementara untuk busana pria perpaduan bebet Kudawaningpati, jas Gulon Dwi Gatra dan udheng blangkon sundul mego.

Selain untuk  acara resmi, pakaian khas Kabupaten Jombang nantinya juga ada yang digunakan sebagai seragam kerja.

Berikut ciri dan makna pakaian atau busana khas Kabupaten Jombang.

– Pakaian atau Busana Khas Jombang untuk Pria

1. Udeng Blangkon Shundul Mego

Nama Sundhul Mego diambil dari nama Patih dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.

Undheng Blangkon Sundhul Mego Poncot Ngarsa atau Poncot depan ada dua macam.

Poncot Ngarsa depan keatas (kembang khantil) Mengacu pada Sunan Kalijaga yang memberi wejangan “Menungsa iku koyo kembang mawar (mawarno mawarni), mangkane koyo kembang kenanga (keno ngono keno ngene), tapi asal tetep koyo kebang kanthil (atine tetep kumanthil menyang Gusti Kang Murbeng Dumadi). Yo koyo tangan nangkup munngah nyenyuwun pangapuro, supoyo kabeh kang dumadi ing Jombang antuk welas asihe Gusti ugo barokahe gusti”

Poncot Ngarsa yang menghadap ke bawah (lambang ati sareh, ndhingkluke pari).

Poncot ke bawah memiliki arti dibawa para kesatria, seperti relief Candi Arimbi, tansah netesi anugerah marang bawahan lan rakyate.

Baca Juga :  Diduga Terima Suap, Bupati Jombang Di Bawa KPK

2. Jas Gulon Dwi Gatra

Jas Gulon Dwi Gatra merupakan busana atasan pria. Dipilih desain jas karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas, untuk busana atasannya. Bagian Jas Gulon Dwi Gatra ini menjadi titik pembeda dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa Timur.

Jas gulon bermakna memakai kerah tegak, untuk membedakan dengan model potong gulon atau pun desain teluk belanga.

Jas Gulon ini dipakai oleh Bupati Jombang Pertama, RA Soeroadiningrat V.

Jas Gulon Dwi Gatra sebagai pembeda dengan bentuk Jas Mataraman dan Jas Jawa Timuran atau sering disebut jas Basofi. Sedangkan Dwi Gatra adalah bertemunya dua gatra budaya menurut pemetaan sejarawan dan budayawan almarhum Prof Ayu Sutarto, yaitu gatra budaya Mataraman (Pracima) dan gatra budaya Arek (purwa).

3. Tapih Kudawaningpati atau Bebet untuk Pria.

Tapih adalah istilah untuk busana bagian bawah pria. Istilah tapih yang artinya kain atau busana bawah yang sudah dipakai sejak era Mataram Kuna atau Medang.

Tapih Kudawaningpati untuk menunjukkan busana laki-laki Jombang Deles. dari tokoh dalam cerita Panji pada Wayang Topeng

Nama Tapih Kudawaningpati diambil tak lepas dari sejarah Jatiduwur yang diduga peninggalan Majapahit. Sejarah Majapahit juga yang ada di Jombang sebagai latar belakang kota santri Jombang.

Raden Panji Kudawaningpati merupakan sosok yang dipercaya sebagai pembabat Dusun Wonoayu, Desa Dukuhmojo, Mojoagung. Panji Kudawaningpati dipercaya sebagai putra mahkota kerajaan Jenggala yang wilayahnya masuk Jombang bagian timur kini.

Tampilan Tapih Kudawaningpati berupa gabungan dari celana dan sarung atau celarung. Bagian bawah busana laki-laki Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya.

Baca Juga :  Pria Lamongan Ajak Anak dan Istri Mencuri Motor di Gresik

Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putri yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kiri dan bisa digunakan bebet untuk acara tertentu yang bawahannya menggunakan celana hitam.

– Pakaian Khas Kabupaten Jombang untuk Wanita

Busana wanita dalam pakaian adat Jombang Deles dinamai dengan Kemodoningrat. Nama Dewi Kemodoningrat adalah nama lain Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, istri Panji Asmarabangun alias Panji Kudawaningpati. Dewi Kemodoningrat juga dipercaya sebagai pembabat Dusun Kemodo, desa Dukuhmojo, Mojoagung.

1. Tapih Kaduwaningpati untuk Wanita

Bagian bawah busana wanita Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan.

2. Kudung, Jilbab, Sanggul/Slendang Pati

Penutup kepala wanita mengenakan kerudung polos yang senada dengan warna bajunya. Sedangkan Warna corak selendang yang disepakati adalah hijau botol dengan kombinasi motif lainnya yang mencerminkan islam sebagai agama mayoritas di Jombang, juga bentuk perwakilan warna santri.

Bagian kerudung ini sebagai penutup kepala sesuai dengan ciri khas kota Santri Jombang. Model kerudung berupa selendang yang dikenakan sebagai penutup kepala, seperti busana adat Jawa Timur pada umumnya.

Bagi pengguna busana atau pakaian khas Kabupaten Jombang (Jombang Deles) yang muslim bisa mengenakan jilbab saja atau bisa menambahkan selendang, sedangkan yang nonmuslim bisa menggunakan selendangnya sebagai tambahan aksen keanggunan wanita Jawa. kj8

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.