Entas Desa Tertinggal, XL Gandeng Universitas Jember  Luncurkan Aplikasi “Satwa Nusantara” Bantu Peternak Sapi di Situbondo

oleh -513 Dilihat

 

 

Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto, Group Head Coporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih, dan Direktur Jenderal PDT, Kementrian Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Samsul Widodo, dalam acara peluncuran solusi digital “Satwa Nusantara” untuk peternak sapi di Situbondo, Rabu (19/12/2018)

 

 

SITUBONDO, kilasjatim.com: –
Para peternak sapi di Situbondo khususnya warga Desa Karang Tekok, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur sangat berharap adanya bantuan dari XL dan universitas Jember yang secara khusus memberikan kepada mereka solusi digital berupa aplikasi ‘Satwa Nusantara’ bisa meningkatkan kemampuan dalam beternak sapi sekaligus memantau perkembangan kesehatan dan makanan sapi mereka.

PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) dalam hal ini melanjutkan komitmen mendukung upaya pengentasan desa tertinggal.
Dipilhnya solusi digital disesuaikan dengan kebutuhan warga desa yang disasar. Seperti pada solusi terbaru, XL Axiata membangun solusi inovatif berkonsep Farm Chain Management System (FCMS) “Satwa Nusantara” bagi warga Desa Karang Tekok masuk kategori tertinggal sesuai data Kementerian Desa dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Republik Indonesia.

“Solusi “Satwa Nusantara”  ini akan membantu para petani pemilik ternak di sini untuk memastikan ternak-ternak mereka, terutama sapi, bisa tercukupi pakan dan kondisi kesehatannya sepanjang tahun, termasuk di musim kemarau namun tetap bisa memberikan makan bagi ternaknya,” kata Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih dalam acara seremoni peluncurkan aplikasi solusi digital Satwa Nusantara yang dihadiri Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Samsul Widodo , Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto di Situbondo, Rabu(19/12).

Sebagaimana diketahui, sapi adalah aset utama warga, tapi selama ini mereka harus menghadapi persoalan saat musim kemarau, di mana pakan tidak mencukupi sehingga sapi kelaparan dan bobotnya menyusut drastic. untuk mempertahankan agar tidak rugi para peternak menjual sapi tersebut dengan harga sangat murah. Dilihat dari jenisnya, sapi-sapi yang diternakkan warga adalah sapi dari jenis unggul yang punya potensi besar secara ekonomi untuk dikembangkan.

Baca Juga :  17 Tahun Rajin Tukar Poin Telkomsel, Guru SD Dari Situbondo Berhasil Raih Toyota Rush

Diharapkan dengan adanya solusi digital tersebut bisa memberikan data dan gambaran mengenai potensi ekonomi yang bisa didapatkan dari ternak sapi warga desa ke depan. Sesuai dengan namanya, solusi berbasis FCMS memang ditujukan untuk memaksimalkan produktvitas komoditi pertanian dengan cara menata, memantau dan merencanakan rantai pengelolaan dari hulu ke hilir, dari mulai pemeliharaan, panen, pemasaran, bahkan hingga pengembangan produk dari ternak.

Saat ini sesuai dengan kebutuhan warga Desa Karang Tekok ini, “Satwa Nusantara” difokuskan untuk pemeliharaan, yaitu mengatasi masalah pakan dan kesehatan ternakbyang diharapkan penerapan solusi ini akan mengubah pola pemeliharaan ternak yang selama ini sudah diterapkan.

“Jika sebelumnya sapi-sapi digembalakan di padang rumput terbuka untuk mendapatkan rumput hijau, Juni sapi harus dikandangkan agar mudah dipantau kondisinya sekaligus mudah memberikan makan. Den demikian, ternak tidak hanya bisa diselamatkan dari ancaman kematian di setiap musim kemarau, namun juga bisa dikembangkan secara ekonomis sebagai komoditas,” papar Ayu, panggilan akrab wanita berhijab ini.

Solusi digital “Satwa Nusantara” yang dibangun XL Axiata bersama dengan Fakultas Peternakan Universitas Jember dan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Desa Toyomarto, Singosari Malang, Jawa Timur diharapkan mampu mengatasi salah satu simpul persoalan yang ada di desa tersebut.
Dengan menerapkanya
setidaknya mengubah pola pemeliharaan ternak yang selama ini sudah diterapkan. Jika sebelumnya sapi-sapi digembalakan di padang rumput terbuka untuk mendapatkan rumput hijau, kini sapi harus dikandangkan agar mudah dipantau kondisinya sekaligus mudah memberikan makan. Ternak tidak hanya bisa diselamatkan dari ancaman kematian di setiap musim kemarau, namun juga bisa dikembangkan secara ekonomis sebagai komoditas.

Solusi berbasis FCMS (Farm Chain Management System) memang ditujukan untuk memaksimalkan produktvitas komoditi pertanian dengan cara menata, memantau dan merencanakan rantai pengelolaan dari hulu ke hilir. Jadi warga yang memiliki ternak dibiasakan untuk kian peduli, mulai pemeliharaan, panen, pemasaran, bahkan hingga pengembangan produk dari ternak.

Baca Juga :  IM3 Kolaborasi dengan Ndarboy Hasilkan Lagu ‘Sinyal Tresna’

” Untuk keperluan di Desa Karang Tekok ini, “Satwa Nusantara” baru difokuskan untuk pemeliharaan, yaitu mengatasi masalah pakan dan kesehatan ternak.Diharapkan selain para peternak, warga, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk aparat pemerinta terkait juga akan bisa memperoleh gambaran mengenai seberapa besar potensi dari ternak sapi ini yang bisa diolah dan dikembangkan skalanya. Dari situ aktivitas ekonomi baru bisa dilahirkan, yang sekaligus akan memberikan nilai tambah ekonomi pada seluruh warga desa, dan pada akhirnya tujuan pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan bisa diwujudkan,” papar Ayu.

Tim dari Fakultas Pertanian Universitas Jember di bawah supervisi dua ahli pertanian, Dr. Hidayat Teguh Wiyono dan Kahar Muzakhar PhD yang menjadi partner dalam proyek ini secara berkala, sesuai dengan perkembangan kondisi ternak, para pemilik sapi akan memperbarui data-data yang ada dan senantiasa menjaga validitas agar analisa yang dihasilkan juga berkualitas.

“Penerapan solusi ini akan mengubah pola pemeliharaan ternak yang selama ini sudah diterapkan. Jika sebelumnya sapi-sapi digembalakan di padang rumput terbuka untuk mendapatkan rumput hijau, kini sapi harus dikandangkan agar mudah dipantau kondisinya sekaligus mudah memberikan makan. Dengan demikian, ternak tidak hanya bisa diselamatkan dari ancaman kematian di setiap musim kemarau, namun juga bisa dikembangkan secara ekonomis sebagai komoditas,” urai Dr Hidayat Teguh Wiyono, dari Universitas Jember. (kj2)

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News