Efek Berganda Industri Hulu Migas pada Daerah: Ciptakan Lumbung Perekonomian Melalui Potensi Laut di Semare Pasuruan

oleh -817 Dilihat

 

KILASJATIM.COM, PASURUAN : Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus mendorong peningkatan peran industri nasional dan lokal pada seluruh pelaksanaan industri hulu migas demi terciptanya efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional dan daerah. Salah satunya dengan meningkatkan implementasi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dan mensosialisasikan pengembangan kapasitas nasional industri migas untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030.

Industri hulu migas masih menjadi sektor vital dalam membantu perputaran roda perekonomian nasional maupun daerah, bahkan di tengah hantaman pandemi COVID-19COVID-19. Kehadiran industri hulu migas tidak hanya memberikan dampak positif pada pendapatan pemerintah daerah melalui dana bagi hasil migas, tetapi juga pada masyarakat melalui dampak tak langsung atas beroperasinya suatu wilayah kerja migas. Roda perekonomian industri hulu migas telah dibantu oleh industri komoditas utama penunjang migas dengan tingkat capaian TKDN sebesar 57%, di dalam industri penunjang migas tersebut terdapat usaha-usaha kecil dan menengah yang telah turut berkontribusi memajukan perekonomian baik di tingkat daerah maupun nasional.

Pada 2020 kontribusi hulu migas ke penerimaan negara mencapai Rp122 triliun atau 144 persen dari target APBN-P 2020. Hingga Agustus 2021, penerimaan negara dari sektor hulu migas malahan sudah mencapai Rp125 triliun atau 125 persen dari target APBN 2021.

Terkait TKDN, pemerintah telah menetapkan tingkat capaian pada hulu migas sebesar 57 persen. Dengan nilai pengadaan hulu migas yang mencapai $6,051 miliar pada tahun ini, maka ada sekitar $3,448 miliar alokasi untuk TKDN yang akan mendukung industri nasional.

Baca Juga :  PG Komitmen Capai Proper Emas

Untuk mencapai target TKDN, SKK Migas bersama para stakeholder membuat Vendor Development Program, hal ini merupakan upaya untuk memperdayakan perusahaan dalam negeri untuk berkembang dan dapat digunakan oleh KKKS. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penyedia barang/jasa yang dibutuhkan hulu migas. Melalui Vendor Development Program, perusahaan-perusahaan lokal bisa mendapatkan pengetahuan dari perusahaan-perusahaan mancanegara untuk dapat memenuhi kebutuhan industri hulu migas sesuai dengan kriteria pemerintah.

Program ini juga bertujuan untuk membina dan meningkatkan potensi perusahaan kecil lokal melalui program kemitraan, pembukaan lapangan kerja dan akses bisnis, serta pengembangan industri penunjang migas yang didalamnya terdapat usaha kecil dan usaha menengah.

Untuk lebih meningkatkan efek berganda pada skala perekonomian nasional melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan dengan tujuan utama menampilkan industri binaan hulu migas, dan peningkatan awareness seluruh KKKS dan perusahaan demi memaksimalkan penggunaan produk barang/jasa dalam negeri, maka dipandang perlu diselenggarakan sebuah forum dengan fokus pada peningkatan kapasitas nasional hulu migas.

Dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat SKK Migas akan menggelar Forum Kapasitas Nasional 2021 pada 21-22 Oktober, di mana kegiatan ini akan menampilkan kontribusi industri hulu migas dalam mengembangkan industri-industri dalam negeri dan perusahaan anak bangsa yang akan memiliki peran strategis dalam membantu Pemerintah untuk tetap memutar roda perekonomian nasional maupun daerah di wilayah kerja migas.

Kelola Potensi Laut, Lahirkan Desa Wisata

Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) melakukan pembinaan di wilayah kerjanya dengan menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) “Semare Mandiri Sejahtera” untuk membidani lahirnya Café Laut Semare (CLS). Salah satu unit usaha BUMDesa tersebut bergerak di bidang kuliner dan kepariwisataan dengan memanfaatkan potensi laut Desa Semare di Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Baca Juga :  Gugus Tugas Covid-19 Banyuwangi Bagikan Sembako & Masker di Terminal

Sebelum SKK Migas dan HCML melakukan program pemberdayaan, Semare merupakan tempat bersandarnya perahu para nelayan setempat. Banyak warga desa yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan yang belum menyadari potensi wisata di daerahnya. Kesadaran itu akhirnya mulai muncul melalui pelatihan bagi kelompok sadar wisata (POKDARWIS) di Semare yang dilakukan HCML. Hingga akhirnya Café Laut Semare lahir pada 2019 dan kini merambah menjadi penyedia jasa pariwisata, seperti misalnya melihat aktivitas nelayan sekitar dan juga melihat pembuatan kapal.

HCML terus memfasilitasi peningkatan kapasitas manajerial di tim manajemen Café Laut Semare seiring dengan target Pemerintah Desa Semare dan BUMDesa untuk terus melakukan berbagai terobosan agar dapat mengembangkan café tersebut menjadi lumbung peningkatan perekonomian masyarakat desa setempat.

“Ini semua berkat edukasi yang diberikan HCML dan juga kami belajar banyak dari apa yang telah diberikan oleh HCML kepada kami. Sebelumnya, Desa Semare hanya tempat bersandar perahu nelayan dan memiliki citra negatif yakni dikenal sebagai desa tawuran. Namun, sejak dibina HCML perekonomian desa meningkat karena melahirkan sentra ekonomi baru seperti usaha kuliner, dan kini menjadi destinasi wisata dengan hamparan hutan bakau,” jelas Abdul Rochman, Ketua Unit Café Laut Semare (CLS). kj3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.