DPRD Surabaya Dorong Pemkot Hidupkan Kembali THR Saat Lakukan Kunjungan

oleh -398 Dilihat
AH Thony sedang berdiskusi dengan pegiat seniman di kawasan THR

KILASJATIM.COM, SURABAYA: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk kembali menghidupkan Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.

Dorongan ini bermula dari rasa keprihatinan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony saat melihat kondisi terkini tempat wisata yang dibangun pada tahun 1962 tersebut pada kunjungannya, Jumat (3/1/2023). Destinasi wisata yang sempat menjadi icon kota Surabaya itu terlihat sepi dan tidak terurus setelah pada tahun 2018 ditutup oleh Pemkot Surabaya.

Bersama seniman Surabaya Meimura dan pegiat sejarah Cak Nanang, AH Thony melakukan sidak, berkeliling di area THR kala siang itu. Thony mengenang saat pupusnya tempat wisata hiburan sekaligus wisata seni bagi masyarakat Surabaya dan luar kota tersebut akibat modernitas.

Kedatangan Wakil Ketua DPRD Surabaya tersebut juga sekaligus menyambut gagasan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk menghidupkan dan membangkitkan kembali tempat tersebut. Ditargetkan pembangunan bakal selesai akhir tahun ini. Secara konsep wahana tidak jauh berbeda dengan THR sebelumnya. Namun akan ada wahana-wahana baru.

Gagasan itu ternyata mendapat respon baik dari masyarakat dan pelaku seni. Thony menuturkan, ia tak menyangka antusiasme masyarakat masih tinggi di tengah gempuran maraknya permainan game di gadget. Ketika gagasan pembangunan THR digaungkan, masyarakat justru merespon dengan menyatakan siap menyumbang baik secara moriil maupun materiil.

“Banyak warga yang bertanya karena tak sabar ingin segera berkunjung. Bahkan, ada yang siap membantu perencanaan itu dengan tulus,” ungkap Thony.

Meimura juga menyambut baik rencana itu. Ia mengatakan, para seniman bahagia mendengar kabar baik itu karena harapan untuk berkarya kembali di THR kembali tumbuh. Menurutnya, ada empat gedung pertunjukan seni di Surabaya yang harus tetap ada. Yakni, gedung ludruk, gedung wayang orang, gedung ketoprak, dan gedung srimulat. Sebab, tak hanya menampilkan pertunjukan, namun disana tercipta pula ekosistem. Terdapat pelatihan anak-anak hingga dewasa.

Baca Juga :  DPRD Surabaya Inisiasi Raperda Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

“Ini bukan sekadar tontonan tapi juga tuntunan. Sebuah transformasi ilmu yang ekosistemnya harus dijaga. Semoga upaya pembangunan THR ini berujung sukses. Jika perlu, tak harus bergantung pada investor. Kami (seniman,red) yakin kalau Surabaya mampu,” ujar Cak Meimura pelaku ludruk Surabaya, yang merupakan pendiri Sanggar Anak Merdeka Indonesia itu.

Hal itu juga diamini Cak Nanang, sapaan akrab Nanang. Ia mengatakan bahwa THR merupakan wahana pembelajaran budaya dan sejarah. Apalagi tempatnya berada di depan Taman Makam Pahlawan. Ia mendorong Pemkot untuk menjadikan THR sebagai etalase mengenal budaya Kota Pahlawan.

“Saat orang datang kemari, mereka harus bisa melihat nilai-nilai kepahlawanan. Baik lewat media miniatur, replika, atau lainnya. Lalu, harus disediakan juga open space untuk tempat orang-orang berkreasi,” ungkap Cak Nanang.

Gabungkan konsep spirit tradisional dan modernitas

THR sebagai salah satu wahana pelestarian kesenian dan budaya Jawa Timur dinilai penting untuk kembali dihidupkan. Hal ini searah dengan amanat Undang-Undang nomor 05/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Pada UU tersebut dijelaskan tentang kewajiban melestarkan budaya seperti tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional. Oleh karena itu, rencana Pemkot untuk kembali menghidupkan THR mendapatkan respon positif dari semua kalangan.

Tidak hanya sebagai wahaya pelestarian kebudayaan dan kesenian, THR diyakini juga akan menjadi sumber APBD Surabaya yang potensial. Bahkan bisa menghidupkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitarnya.

Agar pembangunan dan pengelolaan THR bisa sukses dan berkembang, Thony menganjurkan Pemkot bisa mengkomparasikan destinasi wisata modern namun tetap dengan nuansa tradisional. Sehingga lewat wisata tersebut, identitas Kota Surabaya bisa terlihat.

“Gabungkan spirit tradisional dan unsur modernitas. Bisa melalui pertunjukan atau event-event. Misalnya, adakan festival egrang disini. Namun bebaskan masyarakat untuk berinovasi dengan egrangnya. Pasti ada banyak peserta dari kampung-kampung yang menyulap egrang jadi makin menarik.

Baca Juga :  Duh, Puluhan Reklame di Surabaya Belum Bayar Pajak Hingga Bodong

Ia juga memastikan, Dewan bakal terus mendukung upaya membangkitkan THR. Terlebih, DPRD merupakan representasi hati masyarakat Surabaya yang ingin ikonnya hidup kembali.

“Terpenting, pemkot harus menempatkan paradigma pembangunan berbasis kebudayaan. Jadi, tak hanya pembangunan fisik yang menyerap banyak biaya saja. Namun juga menghidupkan budaya dan tradisi untuk memajukan masyarakat,” pungkas Thony. (ADV/nia)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.