Foto: Tqi
KILASJATIM.COM, Malang – Doa-doa baik dibacakan untuk keberhasilan Calon Gubernur Tri Rismaharini – Gus Hans, agar terpilih sebagai orang nomor satu di Jawa Timur. Para laki-laki dan perempuan mengangkat tangan mengamini doa yang dipanjatkan.
Di luar ruang pertemuan Balai RW 07, Kelurahan Samaan, Sabtu (16/11/2024). Ratusan pendukungnya menunggu dengan setia, berharap salim dan mengabadikan kedatangan satu-satunya perempuan tangguh dan bernyali tinggi, menutup lokalisasi Dolly di Surabaya pada 18 Juni 2014, sepuluh tahun silam.
Ia juga dinilai orang yang berhasil menjadikan Surabaya kota bersih, ramah lingkungan dan berderet prestasi lain yang sering dijadikan rasan-rasan.
Ibu menunggu di luar gedung. Di lorong gang sambil mengamati Risma dibalik jendela. Saya tak bisa menemaninya lebih dekat. Sebab, anak tetangga yang masih TK nangis ingin melihat Bu Gubenur (Gubernur), menggandeng tangan saya. Sedang ibunya tidak mau mengantar.
“Ini lho, sudah tak kasih tahu. Di sana rame, nanti kepijek-pijek. Wong anakku kecil. Ngotot, nangis ae,” kata Tina, tetangga saya dengan nada marah.
Jadilah saya mencarikan jalan untuk ibu, bersama Azora, bocah yang sudah terisak-isak. Sampai acara silaturahmi dengan tokoh Madura se Kota Malang usai.
Baru ibu menerobos masuk. Bersalaman dan mengabadikan perjumpaan itu atas bantuan kakak. Sedang si bocah, puas hanya dengan melihat dari dekat mantan Menteri Sosial era Jokowi. Ia tersenyum bahagia. “Aku mau melihat bu gubenur saja, wes seneng,” bisiknya.
Sambutan yang meriah. Doa-doa di sampaikan dalam jabat tangan. Berulang-ulang saya dengar orang berkata.
“Semoga sukses Bu.”
“Semoga jadi gubernur.”
“Jaga kesehatan Bu Risma.”
“Semoga tetap amanah di mana pun berada.”
“Saya percaya ibu jadi gubernur.”
Dan masih banyak lagi, semua ditanggapi dengan senyum ramah dan kata terimakasih bersama jabat tangan seorang ibu.
Sampai mobil berwarna hitam membawanya pergi, teriakan dukungan masih terdengar. “Bu Risma, hati-hati di jalan. Semoga sehat selalu,” teriak seseorang.
Tak lama pertemuan berlangsung. Namun, sangat berarti bagi warga sekitar rumah saya. Terutama ibu-ibu sepuh yang tidak mungkin bepergian jauh. Mereka rela menunggu kedatangan-kepulangan mantan walikota Surabaya itu.
Di luar itu, setelah sampai rumah. Anak ragil saya sewot. Sebab momen salim dengan calon gubernur kesayangan tertutup seseorang yang berebut mencium tangan perempuan berbaju batik hitam motif merah, tepat saat tombol kamera ditekan. (tqi)