Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah: Kesempatan Kedua 

oleh -785 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya – Prihatin atas nasib perempuan dan anak-anak Indonesia yang masih tertahan di kamp pengungsian Suriah, mendorong akademisi dan peneliti Dr. Noor Huda Ismail, menyusun buku berjudul Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah.

Karya ini secara resmi diluncurkan bersama film dokumenter //Road to Resilience// di Jakarta, akhir Februari 2025 lalu, dan dilanjutkan dengan pemutaran film dan bedah buku di empat kota, yaitu Bandung, Lampung, Surabaya dan Semarang.

Di Surabaya, Jawa Timur, pemutaran film dan bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah menjadi bagian dari Festival Sinema Kita (FSK) yang digelar di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (11/5). Noor Huda Ismail hadir bersama sutradara film //Road to Resilience// Ridho Dwi Ristiyanto dan Febri Ramdani sebagai tokoh protagonis di film tersebut.

Menurut Noor Huda, karya ini bertujuan untuk mengangkat isu sensitif terkait keberadaan ratusan warga negara Indonesia (WNI)—terutama perempuan dan anak-anak—yang hingga kini masih berada di kamp pengungsian di Suriah, secara inklusif.

“Kita tidak bicara soal benar atau salah. Ini soal kemanusiaan. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka, itu yang menjadi fokus buku dan film ini,” tutur Noor Huda, penerima Visiting Fellow di RSIS, Nanyang Technological University, Singapura ini.

Melalui riset yang dilakukannya selama bertahun-tahun, Noor menemukan fakta ternyata banyak masyarakat Jawa Timur yang masih berada di kamp pengungsian di Suriah.

“Karena itu, Jawa Timur menjadi salah satu fokus kami. Sebagian besar mereka berasal dari sini,” jelas lulusan S3 Monash di University Melbourne tersebut. Pada 2014, dengan semakin maraknya media sosial, tak sedikit warga Indonesia yang ingin menjejakkan kakinya ke negeri yang pernah mendapatkan julukan Sekeping Surga di Tanah Arab itu. Celakanya, ketika perang meletup, banyak perempuan dan anak-anak yang terjebak di sana.

Noor Huda menyatakan, konflik Suriah tidak bisa dipandang semata soal perang. Ada juga kaum perempuan dan anak-anak yang terlahir di sana.

Baca Juga :  Setahun, 238 Balai RW di Surabaya Dimanfaatkan sebagai Tempat Sinau dan Ngaji Bareng

 “Mereka harus diselamatkan. Itu fokus kami,” tegasnya.

 Menggali fakta terkait mereka yang terseret dalam masalah kemanusiaan ini, ia pun terjun langsung mewawancarai kelompok Jamaah Islamiyah (JI) atau kelompok JAD yang terlibat dalam pusaran konflik di sana.

Atas dasar kemanusiaan, Noor Huda dan timnya, memilih event seperti Festival Sinema Kita (FSK) di Surabaya, untuk mendiskusikan dan mencari solusi konkret atas masalah tersebut. Bagi dia, sengkarut berlarut-larut itu tak sekadar masalah keamanan, tapi juga masalah sosial yang harus dicarikan jalan keluarnya.

 “Ini bukan hanya tanggung jawab saya sebagai penulis atau pembuat film. Tapi harus menjadi kesadaran bersama sebagai sebuah bangsa. Sebagai media, kami akan berikhtiar mengingatkan publik, saja apa yang harus dilakukan bersama,” papar Noor Huda.

Oleh karena saat pemutaran film dan bedah buku diharapkan dihadiri para penentu kebijakan setempat. Selain itu diundang akademisi, ormas keagamaan, kepemudaan, dan mahasiswa. Semua inimenjadi masalah bersama yang harus diselesaikan, tambah Noor Huda, yang menawarkan pola pendekatan 5R: repatriasi, relokasi, rehabilitasi, reintegrasi, dan resiliensi.

Film Dokumenter Road to Resilience 

Film dokumenter ‘Road to Resilience’, diangkat dari perjalanan seorang remaja Indonesia, bernama Febri terjebak janji-janji manis ISIS. Selama 300 hari berada di Suriah, anak bungsu dua bersaudara ini dan akhirnya menemukan jalan kembali ke Tanah Air.

Namun masalah belum selesai, tiba di ke Indonesia menghadapi kenyataan pahit berupa penolakan dan stigma masyarakat. Mereka menganggap rombongan yang dipulangkan dari Suriah sebagai pengkhianat.

‘’Hampir setahun mengisolasi diri, tidak berkomunikasi dengan keluarga besar. Khawatir muncul stigma buruk dari keluarga,dan takut mereka jadi ke bawa-bawa,’’ papar Febri.

Dia meyakinkanbahwa kepergiannya ke Suriah bukanlah tanpa alasan. Pergulatan hatinya, karena kangen kepada ibunya saat itu berada di Suriah.

Baca Juga :  8 Agustus Hari Kucing Sedunia, Yuk Ketahui Maknanya!

“Waktu itu, kondisinya di Indonesia tidak ada siapa-siapa. Karena ibu ikut sama kakak ke Suriah,” tuturnya.

Karena ingin berbakti kepada orangtua, penyuka music Linkin Park ini ingin lebih dekat dengan ibunya. Dia pun terbang ke Suriah dengan segala ancaman yang diterimanya. “Karena saya merasa durhaka sama ibu, akhirnya mau menyusul ke Suriah. Ibu segalanya, dia wanita hebat,” tambah Febri.

Selama satu bulan, mereka menjalani berbagai pelatihan dan interogasi dari BNPT dan Densus 88. Tapi tidak membuat Febri dan keluarganya tidak menyerah. Mereka memulai hidup baru di Depok, Jawa Barat, berusaha menata kembali kehidupan mereka dari awal hingga kondisinya menjadi normal. Febri pun melanjutkan pendidikannya hingga lulus Sarjana dari Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

Produser Film dokumenter Road To Resilience Ani Ema Susanti mengaku film ini cukup menguras energi dan waktu yang lama. Febri sebagai pemeran protogonis dievakuasi dari Suriah tahun 2017.

’’Tim kami membutuh waktu tujuh tahun untuk memproduksi film dokumenter ini. Kami mendokumentasikan repatriasi Febri dan keluarganya, bagaimana bisa pulang dari camp di Suriah kembali ke Indoensia,’’ ujar Ani Ema.

Ani Ema yang juga Peraih Piala Citra Film Dokumenter tahun 2011 berharap film //Road to Resilience// tidak hanya dapat ditonton saat roadshow ke empat kota, yaitu Bandung, Lampung, Surabaya dan Semarang. Tetapi juga bisa diputar di setiap kota di seluruh Indonesia. Film berdurasi 37 menit ini sangat menginspirasi bagi semua kalangan.

 Pentingnya orang tua mendampingi anak-anaknya agar aman dalam pergaulan dan berselancar di dunia maya. Sedangkan bagi anak-anak muda tambahnya, ‘’Film ini memperlihat sosok Febri yang bisa bangkit kembali dan semangat melanjutkan perjalanan hidupnya hingga meraih sarjana.’’ (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.