Bank Indonesia Pertahankan  BI 7-Day Suku Bunga  Sebesar 3,59 Persen 

oleh -715 Dilihat

Gubernur BI Perry Warjiyo

KILASJATIM.COM, Jakarta – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 April 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan. Bahwa keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas Nilai tukar Rupiah dari dampak masih tingginya ketidakpastian pasar Keuangan Global, meskipun prakiraan Inflasi tetap rendah.

“Untuk mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional, Bank Indonesia mengoptimalkan bauran kebijakan Moneter dan Makroprudensial Akomodatif serta mempercepat Digitalisasi Sistem pembayaran,” ujar Perry.

Menurut Perry, nilai tukar rupiah sempat mengalami tekanan dalam beberapa pekan belakangan ini, karena pengaruh ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

“Ketidakpastian itu disebabkan karena perkembangan ekonomi di AS yang mulai membaik, dengan penambahan belanja fiskalnya yang memicu penambahan surat utangnya, menyebabkan aliran masuk modal asing ke Indonesia mengalami penurunan, sehingga berdampak tertekannya nilai tukar rupiah,”  paparnya.

Dari data Bank Indonesia, sampai dengan 19 April 2021 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sekitar 3,42%  dibandingkan posisi nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2020,

Sementara laju inflasi pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,08% (mtm) atau 1,37% (yoy).  BI memperkirakan Inflasi pada tahun 2021 tetap terkendali dalam sasaran 3,0%±1%.

“Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, Bank Indonesia, jelas Perry, akan terus  memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah guna menjaga stabilitas nilai tukar, dan melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan moneter  yang akomodatif,” tekannya.

Dalam hal ini Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan KSSK, termasuk implementasi Paket Kebijakan Terpadu KSSK, untuk mempercepat penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga :  Bank Indonesia Jawa Timur- Pemkab Gresik Dorong UMKM Bandeng Naik Kelas

Perekonomian global diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya dengan proses pemulihan global yang semakin tidak merata antarnegara. Perkembangan tersebut terutama didorong oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang berlangsung lebih cepat dibandingkan negara lainnya.

Di AS, perbaikan ekonomi diprakirakan semakin kuat, sejalan dengan proses vaksinasi yang berjalan lancar dan tambahan stimulus fiskal yang lebih besar. Di Tiongkok, pemulihan ekonomi yang lebih tinggi ditopang oleh perbaikan permintaan domestik dan global. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi prakiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 menjadi 5,7%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 5,1%.

“Pemulihan ekonomi global yang lebih tinggi terkonfirmasi oleh perkembangan sejumlah indikator dini pada Maret 2021, seperti Purchasing Managers’ Index  (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel di beberapa negara yang terus meningkat. Sejalan dengan perbaikan ekonomi global tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia terus meningkat, sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara berkembang yang lebih tinggi, termasuk Indonesia,’ urai Perry.

  Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2021 akan berada pada kisaran 4,1% – 5,1%.  Ke depan, perbaikan ekonomi domestik diperkirakan akan semakin membaik didukung oleh perbaikan kinerja ekspor, berlanjutnya stimulus fiskal, dan perbaikan investasi sebagaimana tercermin pada PMI manufaktur yang terus meningkat. Implementasi vaksinasi dan disiplin dalam penerapan protokol Covid-19 tetap diperlukan untuk mendukung percepatan perbaikan permintaan domestik.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Defisit transaksi berjalan triwulan I 2021 diperkirakan akan rendah, didukung oleh surplus  neraca perdagangan sebesar 5,52 miliar dolar AS, melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 8,27 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut terutama ditopang oleh permintaan dari Tiongkok, AS, dan Jepang, serta kenaikan harga komoditas dunia. (kj2)

Baca Juga :  Dilaunching Gubernur, Kabupaten Tuban Pilot Project Bayar Uji Kir Non Tunai dengan QRIS BankJatim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.