Bandara Dhoho Kediri Diharapkan Jadi Lokomotif Konektivitas dan Ekonomi Selatan Jatim

oleh -563 Dilihat

KILASJATIM.COM, Kediri – Keberadaan Bandara Dhoho Kediri dipandang sebagai harapan baru untuk meningkatkan konektivitas wilayah Selatan Provinsi Jawa Timur secara cepat dan efisien. Namun, agar potensi ini terwujud, pemerintah dituntut untuk serius mendukung operasional bandara yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) ini.

Pengamat transportasi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Prof. Dr. Ir. Dadang Supriyatno, MT.,IPU.,ASEAN Eng., menegaskan bahwa Bandara Dhoho memiliki peran yang sangat strategis dalam membuka jalur transportasi udara di wilayah Selatan Jawa Timur.

“Bandara Dhoho ini akan menambah pilihan moda transportasi udara di Jawa Timur, sehingga masyarakat tidak harus selalu menuju Surabaya (Bandara Juanda),” ujar Prof. Dadang pada Minggu (18/5/2025).

Untuk itu, Prof. Dadang menekankan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mendorong beroperasinya Bandara Dhoho secara maksimal. Langkah-langkah yang perlu diambil antara lain adalah melakukan pemetaan rute penerbangan yang potensial dan menyediakan infrastruktur pendukung bandara yang memadai.

Ia mencontohkan keberhasilan Bandara Banyuwangi yang sempat mengalami kesulitan dalam menarik penumpang dan maskapai. Namun, berkat langkah proaktif pemerintah melalui Kementerian Perhubungan yang bergerak bersama-sama untuk menghidupkan bandara tersebut dengan melakukan pemetaan rute potensial, Bandara Banyuwangi kini menjadi salah satu bandara yang aktif.

“Selama ini kan urusan (membuka pasar) seringkali diserahkan sepenuhnya kepada maskapai. Komitmen pemerintah terkesan hanya di atas kertas, sehingga maskapai harus berjuang sendiri dalam menciptakan pasar,” kritik Prof. Dadang.

Prof. Dadang berharap pemerintah bersedia mengkaji ulang kembali konsep operasional Bandara Dhoho dengan melibatkan para pakar dan akademisi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan bersama-sama seluruh persoalan yang berpotensi menghambat pengoperasian bandara ini. Salah satu isu krusial yang perlu diatasi adalah pengaturan wilayah udara di bagian Selatan Jawa Timur yang sebelumnya merupakan area latihan pesawat tempur Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Iswahjudi.

Baca Juga :  Jembatan Brawijaya Kota Kediri Kebakaran

“Dibutuhkan intervensi yang kuat dari pemerintah pusat untuk duduk bersama seluruh stakeholder terkait dan para pakar transportasi. Dengan demikian, cita-cita untuk mewujudkan akses transportasi udara yang memadai di Selatan Jawa Timur dapat benar-benar terwujud,” tegas Prof. Dadang.

Dibangun Murni oleh Swasta

Bandara Dhoho Kediri dibangun sepenuhnya atas inisiatif dan keberanian PT Surya Dhoho Investama, yang merupakan anak perusahaan dari PT Gudang Garam Tbk. Pembangunan infrastruktur transportasi udara ini dilakukan murni oleh pihak swasta tanpa adanya dukungan anggaran dari pemerintah.

Bandara ini dirancang dengan fasilitas yang mumpuni, termasuk runway atau landas pacu sepanjang 3.300 x 60 meter, apron komersial seluas 548 x 141 meter, apron VIP seluas 221 x 97 meter, empat taxiway, dan area parkir seluas 37.108 meter persegi. Di sisi darat, bandara ini memiliki terminal penumpang seluas 18.000 meter persegi dengan kapasitas mencapai 1,5 juta penumpang per tahun.

Beroperasinya Bandara Dhoho diharapkan menjadi angin segar bagi masyarakat Jawa Timur dalam mendapatkan akses transportasi udara yang lebih cepat dan efisien. Selain menghubungkan 13 kota dan kabupaten di Jawa Timur, keberadaan bandara ini juga diprediksi akan mendongkrak sektor ekonomi, pariwisata, dan religi di wilayah tersebut.

Lebih lanjut, Bandara Dhoho juga diharapkan dapat membuka rute perjalanan umroh langsung dari Kediri menuju Tanah Suci, sehingga dapat memberikan layanan penerbangan umroh yang lebih cepat dan nyaman bagi masyarakat.(den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.