Akses Penyeberangan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup Dua Jam, Ini Penyebabnya!

oleh -940 Dilihat

KILASJATIM.COM, Banyuwangi – Akses penyeberangan kapal dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk atau sebaliknya ditutup selama dua jam, Jumat (19/7).

Penyebabnya, terjadi arus kencang dan gelombang tinggi di perairan Selat Bali.

Karena cuaca ekstrem tersebut, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) harus menghentikan pelayaran di Selat Bali.

Dari informasi yang diperoleh, penutupan terjadi sejak pukul 12.40 sampai 14.30.

Kapal yang hendak melayani penyeberangan diminta menghentikan aktivitasnya akibat cuaca buruk.

Beruntung, jumlah kendaraan yang hendak menyeberang ke Bali tidak terlalu banyak sehingga tidak sampai menimbulkan antrean panjang.

Kendaraan hanya menumpuk di dalam area kantong parkir Pelabuhan ASDP Ketapang.

Kapolsek Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Tanjung Wangi Iptu Bambang Darmono mengatakan, penutupan pelabuhan berlangsung hampir dua jam.

Saat penutupan berlangsung, beberapa kapal yang hendak sandar diminta untuk segera melakukan pembongkaran muatan.

Sedangkan kapal yang telanjur muat kendaraan sempat diminta membongkar kembali muatannya.

Dengan begitu, banyak kendaraan yang keluar dari kapal dan menunggu di dalam pelabuhan.

”Penyeberangan ditutup pukul 12.40 sampai 14.30. Tapi semuanya lancar, kendaraan menunggu di dalam area pelabuhan,” kata Bambang.

Sementara itu, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi Yustoto Windiarto mengatakan, dari pantauan satelit, kondisi cuaca pada jam-jam penutupan pelabuhan didominasi angin yang cukup kencang.

Berdasarkan data BMKG, kecepatan angin di Selat Bali, terutama di wilayah dekat daratan, mencapai 21 knot.

Kecepatan angin ini juga berdampak pada kecepatan arus. Jika dipaksakan berlayar, kondisi seperti ini bisa membahayakan keselamatan penumpang kapal. Padahal dalam kondisi normal, kecepatan angin 15 knot sudah terbilang cukup kencang.

Baca Juga :  Amankan Pikades Serentak di Banyuwangi, 3.278 Personel Dikerahkan

”Untuk gelombang laut masih normal di angka 0,5 sampai 1,25 meter. Angin yang berembus dari arah tenggara memicu tingginya gelombang, terutama di dekat dermaga yang sangat berisiko untuk kapal sandar,” tegas Yustoto.

Fluktuasi angin setinggi itu, menurut Yustoto, masih mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.

BMKG meminta petugas pelabuhan agar terus meng-update kondisi cuaca secara real time untuk mengantisipasi perubahan cuaca.

”Kecepatan angin 21 knot tidak hanya berbahaya bagi penyeberangan, tapi juga penerbangan. Apalagi pesawat latih yang ukurannya kecil, sangat berisiko kalau memaksakan terbang,” tandas Yustoto. (bbs/sat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.