KILASJATIM.COM, Surabaya — Sebanyak 36 negara berpartisipasi dalam Election Visit Program (EVP) yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memperkenalkan pesta demokrasi Indonesia kepada dunia internasional. Pada Selasa, 26 November 2024, peserta EVP mengunjungi TPS 6 dan TPS 7 di Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng, Surabaya. Kunjungan ini menjadi bagian dari rangkaian Pilkada Serentak 2024, dengan Jawa Timur sebagai tuan rumah program tersebut.
Para peserta menyaksikan secara langsung proses persiapan hingga pelaksanaan pencoblosan, termasuk pengelolaan logistik, kesiapan petugas, dan langkah-langkah menjaga integritas pemilu. Program ini menjadi sarana penting untuk menunjukkan bagaimana demokrasi berjalan di Indonesia di tengah keberagaman budaya, agama, dan sosial. Menurut Anggota KPU Divisi Logistik dan Perencanaan, Miftahur Rozaq, EVP juga membuka peluang berbagi pengalaman antarnegara dalam penyelenggaraan pemilu yang transparan dan inklusif.
Surabaya, sebagai Kota Pahlawan, menawarkan daya tarik tersendiri dalam program ini. TPS 6 dan TPS 7 menampilkan elemen budaya khas, seperti dekorasi foto pahlawan nasional, yang mengingatkan masyarakat akan perjuangan para pendiri bangsa. Elemen ini, selain memperkuat semangat nasionalisme, juga menjadi cerminan bagaimana pemilu di Indonesia mengintegrasikan tradisi lokal dalam praktik modern.
Jawa Timur dipilih sebagai lokasi utama EVP karena memiliki dinamika politik yang unik. Tahun ini, provinsi tersebut menjadi sorotan dengan kehadiran tiga calon gubernur perempuan yang dijuluki “Tiga Srikandi Jawa Timur.” Fenomena ini menunjukkan semakin besarnya partisipasi perempuan dalam politik di Indonesia, yang menjadi inspirasi bagi banyak negara lain.
Jonas Pistor, salah satu peserta EVP dari Jerman, mengungkapkan kekagumannya terhadap proses pemilu di Indonesia. Menurutnya, pemilu di TPS Indonesia memiliki kemiripan dengan di Jerman, di mana masyarakat datang langsung ke tempat pemungutan suara untuk memberikan hak pilihnya. Ia juga menyoroti tingginya antusiasme publik di Jerman terhadap pemilu, yang terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat.
“Pemilu di Jerman memiliki pendekatan yang lebih personal dan fokus pada isu-isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, saya sangat mengapresiasi bagaimana Indonesia mengintegrasikan budaya lokal dalam pelaksanaan pemilu, yang memberikan sentuhan unik,” ujarnya.
Menurut Jonas, pengalaman ini membuka wawasan baru tentang bagaimana negara lain menjalankan demokrasi. Ia juga menilai bahwa program EVP menjadi ruang yang sangat baik untuk berbagi praktik terbaik dalam menciptakan pemilu yang adil dan transparan.
Dengan adanya EVP, Indonesia tidak hanya memperlihatkan kesiapan teknis dalam pemilu, tetapi juga memperkuat citra sebagai negara yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi. Program ini diharapkan dapat mempererat hubungan internasional dan meningkatkan kepercayaan dunia terhadap demokrasi di Indonesia. (FRI)