KILASJATIM.COM, Surabaya – Sebanyak 15.000 buruh pabrik rokok di Jawa Timur menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun 2025. Total bantuan yang disalurkan mencapai Rp19,88 miliar, dengan nominal per orang Rp1.325.900 yang diberikan secara bertahap menjelang tahun ajaran baru.
Penyerahan simbolis dilakukan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kepada 2.592 buruh di Pabrik HM Sampoerna Rungkut II, Surabaya, Jumat (4/7) kemarin. Wajah-wajah bahagia tampak dari para penerima yang mengaku bantuan ini sangat membantu kebutuhan keluarga.
Menurut Khofifah, penyaluran BLT DBHCHT merupakan hasil negosiasi panjang antara Pemprov Jatim dan Kementerian Keuangan. Selama ini, sebagian dana DBHCHT di Jatim tidak terserap optimal dan harus dikembalikan ke pemerintah pusat—jumlahnya mencapai sekitar Rp 160 miliar.
“Kami mengusulkan agar sebagian dana dimanfaatkan langsung untuk buruh pabrik rokok. Alhamdulillah akhirnya disetujui Kemenkeu,” ujar Khofifah.
Kepala Dinas Sosial Jatim, Restu Novi Widiani, menambahkan bahwa jumlah penerima tahun ini meningkat dibanding 2024, yang hanya mencakup 13.469 buruh dengan total bantuan Rp13,8 miliar.
“Tahun ini kami menyalurkan ke lebih banyak buruh dengan jumlah bantuan yang lebih besar,” jelas Restu.
Sementara Kepala Hubungan Regional dan Keberlanjutan HM Sampoerna, Arief Triastika, mengapresiasi inisiatif Pemprov Jatim.
“BLT DBHCHT tidak hanya meringankan beban pekerja, tapi juga jadi insentif bagi industri untuk terus berkontribusi,” ujarnya.
Arief menekankan bahwa industri Sigaret Kretek Tangan (SKT), yang menjadi andalan Sampoerna, menyerap puluhan ribu tenaga kerja—mayoritas perempuan.
Ia juga mengutip riset Universitas Airlangga yang menunjukkan bahwa setiap Rp1.000 dari industri SKT menghasilkan perputaran ekonomi hingga Rp3.800, menciptakan efek domino ke kos-kosan, warung, transportasi, hingga UMKM sekitar.
Bantuan ini tentu disambut bahagia buruh rokok, salah satunya, Siti Rohmah (38), buruh linting rokok, mengaku lega dengan bantuan ini.
“Alhamdulillah bisa buat bayar sekolah anak-anak,” ujarnya sambil tersenyum.
Program BLT DBHCHT diharapkan tak hanya menjaga daya beli buruh di tengah kebutuhan pendidikan, tapi juga memperkuat ekosistem ekonomi lokal sekaligus mendukung keberlangsungan industri tembakau—salah satu sektor strategis penyerap tenaga kerja di Jatim. (FRI)