KILASJATIM. COM, Jakarta – Fonterra Brands Indonesia melalui Anlene bekerja sama dengan Perhimpunan Osteporosis Indonesia (PEROSI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menggelar “Jalan Kaki 10 Ribu Langkah”, diikuti oleh 10 ribu warga yang berjalan kaki 10 ribu langkah dalam rangka menjaga kesehatan tulang, di Plaza Tenggara GBK, Minggu (12/1/2025).
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan kronis. Di Asia, diperkirakan 50% kejadian patah tulang panggul diakibatkan oleh osteoporis pada tahun 2050. Selain itu, sebanyak 63% lansia akan mengalami penurunan aktivitas akibat penyakit ini sehingga pencegahan menjadi prioritas penting yang harus digaungkan. Osteoporosis tak hanya berdampak pada kesehatan fisik semata, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Kondisi ini dapat mengurangi mobilitas, menyebabkan rasa sakit, hingga menghilangkan kemandirian seseorang. Ketidakmampuan bergerak bebas dan memengaruhi rasa percaya diri, memunculkan perasaan tidak berdaya, bahkan stres. Oleh karena itu, pencegahan sejak dini sangatlah penting agar masyarakat dapat tetap aktif dan menikmati hidup dengan penuh kebebasan.
“Anlene merupakan pionir di bidang kesehatan tulang selama puluhan tahun dan selalu konsisten menginspirasi masyarakat Indonesia agar tetap hidup aktif dan sehat hingga lansia. Sejak dimulai pada tahun 2007, hari ini kami menggaungkan kembali semangat untuk mencegah osteoporosis. Kegiatan ini diikuti oleh 10 ribu masyarakat Jakarta, bersama mitra kami PEROSI dan Kemenkes RI. Kami mengajak masyarakat Indonesia untuk mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan tulang sejak dini sehingga dapat bebas bergerak di setiap tahap kehidupan,” kata President Director, Fonterra Brands Indonesia, Yauwanan Wigneswaran.
Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), FIPM(USG) mengatakan, “Osteopenia terjadi karena proses resorpsi lebih dominan dibandingkan dengan formasi tulang sehingga menyebabkan kerusakan mikroarsitektural pada tulang. Beberapa faktor seperti usia tua, penurunan estrogen, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mendorong ketidakseimbangan yang pada akhirnya meningkatkan risiko osteoporosis. Jalan kaki 10.000 langkah sangat direkomendasikan untuk menjaga kepadatan tulang dan memperlambat proses penurunan massa tulang.”
Sedang Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menegaskan pentingnya pencegahan dan deteksi dini, menyampaikan jika, Osteoporosis sering kali tidak terdeteksi hingga terjadi kerusakan tulang, yang membutuhkan perawatan jangka panjang dan memberikan beban ekonomi serta sosial bagi keluarga yang merawat.
“Osteoporosis sebenarnya bisa dicegah sejak dini melalui pola hidup sehat, nutrisi yang cukup, aktivitas fisik teratur, dan pemeriksaan rutin. Bersama-sama, kita perlu menjaga kesehatan tulang bagi masyarakat Indonesia, ” terangnya.
Kegiatan ini merupakan awal dari kampanye besar kami untuk mendorong masyarakat Indonesia agar rajin melakukan aktivitas fisik sederhana seperti berjalan kaki setipa hari. Kegiatan hari ini tidak akan berhenti disini, kami juga akan mengadakan acara “Jalan Kaki 10 Ribu Langkah” di Surabaya pada tanggal 26 Januari 2025. Selain itu, osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena cenderung tidak terdeteksi dan melemahkan penderitanya. Banyak orang yang tidak menyadari keberadaannya. Oleh karena itu, pemeriksaan dini dan pencegahan sangatlah penting. Untuk informasi lebih lanjut mengenai lokasi pemindaian tulang gratis terdekat dari Anlene.
“Di Anlene kami percaya bahwa dengan nutrisi yang tepat dan gaya hidup aktif, semua orang dapat menjalani hidup secara maksimal tanpa memandang usia, ” ujar Yauwanan Wigneswaran.
Sementara itu dari penelitian yang dilakukan Anlene, terdeteksi dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis yang dapat melemahkan dan merapuhkan tulang sehingga lebih berisiko patah. Berdasarkan pemindaian tulang (Bone Scan) gratis dari Anlene selama Januari-Desember 2024, sekitar 50% (67.547) dari kurang lebih 150.000 peserta menunjukkan risiko osteoporosis sedang ke tinggi. Dari hasil pemindaian tersebut, peserta dalam kategori ini memiliki angka kepadatan tulang yang rendah sebesar <-1.0 dan tergolong osteopenia yang dapat berlanjut menjadi osteoporis apabila tidak ditangani dengan tepat. (TQI)