Resiko Penyebaran Covid Masih Tinggi, Sekolah Tidak Direkomendasikan Tatap Muka

oleh -552 Dilihat

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto

KILASJATIM.COM, Surabaya – Beberapa daerah di Jawa Timur masih beresiko penyebaran Covid 19 dan sebagian besar masih dalam kategori zona merah. Itu sebabnya pemerintah setempat masuh belum memberikan rekom bagi sekolah yang ingin menyelenggarakan tatap muka bagi siswa didiknya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto mengatakan, uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Jatim tidak bisa dielakkan. ”Pembelajaran tatap muka tentu membutuhkan kesadaran untuk menjalankan protokol kesehatan,” jelasnya.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai saat pandemi. ”Yang pertama, ada penelitian yang menunjukkan kekhawatiran anak akan kehilangan kecerdasan atau terjadi cognitive loss akibat pandemi ini,” kata Andriyanto. Tidak hanya anak-anak kalangan ekonomi bawah, namun anak-anak dari keluarga menengah atas pun bisa mengalami hal yang sama.

Sementara itu, saat ini beberapa daerah sudah mulai menyelenggarakan uji coba pembelajaran tatap muka setelah hampir selama delapan bulan, sekolah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang lebih banyak dilakukan secara online atau daring.

dr. Endah Setyarini, S.pa dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim mengatakan, Ketua Umum PP IDAI, Aman B. Pulungan sudah berpesan bahwa, sesuai dengan rekomendasi WHO, IDAI menyarankan agar sekolah ditutup dulu selama pandemi.

”Pembelajaran tatap muka belum direkomendasikan selama suatu daerah belum menjadi zona hijau, atau setidaknya zona kuning,” kata Endah dalam diskusi online bertema “Vaksin Covid-19 dan Kesiapan Anak Menjalani Pembelajaran Tatap Muka” yang diselenggarakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung dan Jurnalis Sahabat Anak (JSA) didukung oleh Unicef Indonesia, Rabu (18/11/2020).

Baca Juga :  Diperlukan Kebijakan yang Berpihak Pada Kepentingan Terbaik Bagi Anak di Jawa Timur

Endah menambahkan, selain zona risiko, ada banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan sebelum memutuskan akan membuka sekolah. Pertama yaitu melakukan pemetaan kasus positif per kelurahan, pemetaan lokasi sekolah termasuk dari mana saja muridnya berasal. ”Karena bisa saja sekolahnya zona hijau tapi muridnya ada yang dari zona merah dan terjadi penularan sesama siswa, lalu ke orang dewasa di sekitarnya,” ujar Endah.

dr. Endah Setyarini, S.pa dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim

Selain itu perlu diperhatikan pula transportasi siswa ke sekolah. Siswa yang menggunakan kendaraan umum tentunya akan lebih berisiko. Selain itu juga perlu diperhatikan kontak siswa atau guru dengan orang lain.

Disisi lain, mengenai vaksin virus Covid-19 yang saat ini gencar diujicobakan, Endah mengatakan masih dibutuhkan waktu serta uji klinis tentang keefektifannya sebelum tersedia secara luas. WHO sendiri menyatakan bahwa setidaknya sudah ada lebih dari 100 perusahaan vaksin di berbagai negara yang sedang dalam proses uji klinis dan hingga saat ini belum final.

Direktur LPA Tulungagung Winny Isnaini menambahkan, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan baik oleh orang tua maupun anak-anak saat pandemi. Bagi orang tua salah satunya adalah bersiap menghadapi kebiasaan baru seperti mendampingi anak belajar secara kekiniaan.

Bagi anak-anak didorong mampu memanfaatkan IT untuk mendukung masa depan dan bukan dikendalikan oleh IT, anak anak memahami dan mampu menerapkan pola hidup baru yang sehat, serta anak mampu merespon dan bertindak bijak untuk menjadi agen perubahan bagi kehidupan yang baik di masa depannya.

Sementara itu, Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia Jatim, dr. Atik Choirul Hidajah, M.Kes memaparkan, jumlah kasus Covid-19 pada anak di Indonesia mencapai 9,7 persen dari total penderita Covid-19 atau sejumlah 24.966 anak. Secara rinci jumlah tersebut terbagi menjadi 2,4 persen anak usia 0-5 tahun dan 7,3 persen anak usia 6-18 tahun.

Baca Juga :  Mario Sebut Khofifah Berperan Besar dalam Kesuksesannya di Moto3 2022

Menurutnya, untuk kembali membuka sekolah dan melakukan kembali pembelajaran tatap muka tentunya dibutuhkan kajian secara ilmiah. ”Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan pilihan paling baik untuk mencegah penularan antara siswa serta penularan siswa kepada guru,” ujarnya dengan tegas.

Meskipun demikian, ia meminta orangtua mewaspadai imbas akibat PJJ bagi kesehatan anak. Diantaranya Computer Vision Syndrome seperti gangguan mata, otot dan penglihatan akibat terlalu lama menatap layar gawai.

Child Protection Spesialist UNICEF, Naning Pudjijulianingsih menegaskan, prioritas saat ini adalah bagaimana semua terlindungi. ”Yang penting bagaimana kesiapan sekolah dan guru. Kemudian siapa yang mengawasi kalau PTM dijalankan. Apakah perlu ada Satgas?,” ujarnya.

Menurutnya, jika PTM diberlakukan pada jenjang PAUD dan TK akan lebih berisiko karena dikhawatirkan siswa masih kesulitan menjalankan protokol kesehatan. Berbeda dengan pelajar dengan tingkatan pendidikan lebih tinggi seperti SMP atau SMA. (kj2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.